“Dad, sekarang saatnya…”
Malam itu dia mendapatkan petunjuk ketika sedang duduk didalam lingkaran iblis yang dia buat. Dia memejamkan matanya untuk bisa mendengarkan bisikan tersebut dengan lebih jelas. Andrew telah memberinya petunjuk malam itu. ini adalah tugas pertamanya. Dia tidak akan gagal.
“Dad, kerumah Max sekarang ! Ada seseorang yang bisa kita korbankan didalam sana.” suara itu kembali terdengar.
Cowel membuka matanya. Dia berkeringat dingin malam itu. Dengan cepat dia mengambil pisau kecil yang berada didekat cawan – cawan diluar lingkaran dan memakai sarung tangan hitam. Dia menyalakan motornya dan pergi kerumah Max sesuai dengan perintah suara itu.
Tidak ada seorangpun disana malam itu. Dari kejauhan, dia bisa melihat tenda – tenda yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Dia lalu memutari rumah Max dan menemukan pintu belakang rumah itu sudah terbuka.
Dia mengeluarkan pisaunya dan berjalan masuk kedalam rumah itu dengan waspada. Dia menelusuri lorong panjang dirumah Max dan memeriksa setiap ruangan yang berada didalam rumah itu. Tidak ada tanda apapun disana.
Dia terus berjalan hingga ujung lorong rumah Max dan melihat lorong rahasia itu terbuka. Dia menyalakan senternya dan melihat dinding – dinding sepanjang lorong itu dipenuhi oleh bercak darah yang masih segar.
Ketika dia sampai keruangan pemujaan itu, ada seseorang yang tergeletak disana. Nafasnya naik turun dengan pelan. Dia masih hidup ! Jantungnya berpacu cepat dengan nadinya. Dia mendekati sosok itu dan membalikkan tubuhnya. Dia terduduk seketika.
Dia mengenali Leo ! Kekasih Lisa ! Dia mulai sadar bahwa tenda yang dia lihat tadi pasti tenda mereka. Telapak tangan kanannya hilang sementara tangan kirinya tersisa 4 jari saja.
Cowel segera mengendongnya dan keluar dari sana. Dia mengikat Leo dimotornya dan mereka meninggalkan rumah Max dengan kecepatan penuh. Dengan panik, Cowel membuka gudang rahasianya dan memasukan Leo kedalam lingkaran tersebut.
Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, dia menutup rapat pintu gudangnya,
Cowel segera mengambil air hangat dan kain kasa. Dia membasahi kain tersebut lalu membersihkan luka ditangan Leo. Dia tidak tega melakukannya. Dia tidak sanggup !
“Maafkan aku, Andrew..” gumam Cowel didalam hati.
Cowel lalu membasuh wajah Leo dan menyadari bahwa menghidupkan kembali Andrew tidak akan memberikannya kedamaian. Berapa banyak nyawa yang harus dia korbankan untuk anaknya. Dia tidak tega !
“Aku harus mengambil kain kasa lain didalam rumah. Lukamu terlalu banyak. Tunggu disini dan jangan bersuara !” kata Cowel kemudian. Leo tidak memberikan respon apapun padanya.
Cowel lalu meninggalkan Leo disana dan pergi kedalam rumahnya untuk mencari kotak P3K yang dibutuhkan. Setelah dia mendapatkan apa yang dicari, Cowel segera kembali kegudang itu namun betapa kagetnya ketika dia melihat Lisa berada disana.
“Lisa….” kata Cowel pelan.
Lisa menangis. Dia memeluk Leo lalu menangis keras.
“Lisa. Ini tidak seperti yang kamu lihat.. aku..” Cowel berusaha menjelaskan.
Tangannya dipenuhi oleh darah Leo ketika dia berusaha membersihkan luka Leo. Lisa akan berpikir bahwa dia pembunuh !
“Lisa…” panggil Cowel lagi.
Lisa diam. Tangis pilunya kemudian berubah menjadi tawa. Dia melihat Cowel dan tersenyum. Dia melepaskan pelukannya pada Leo dan membiarkan pria itu tersungkur dilantai.
“Lisa..?” suara Cowel bergetar kali ini.
Dengan helaan nafas panjang. Lisa mengangkat kakinya dan menginjak Leo yang berada dibawah lantai dengan kuat. Tajamnya sepatu heals Lisa menebus kulit Leo dan membuat darahnya terciprat keberbagai arah.
Cowel terdiam disana dan kotak P3K ditangannya terjatuh begitu saja. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh ketakutan.
“Ohh Cowel… or should I called you Dad ?? Ohh.. Dad…” Ucap Lisa dengan nada mengejek.
Dia kembali menginjak Leo dengan lebih kuat hingga pria itu kehilangan nyawanya. Dia membunuh Leo didepan Cowel tanpa rasa bersalah dan kasihan sedikitpun.
“Siapa kamu !” geram Cowel saat berhasil mengumpulkan keberaniannya.
Setelah Leo menghembuskan nafas terakhirnya, Lisa berjalan mendekati Cowel. Pria itu mundur beberapa langkah dari tempatnya.
“Aku Lisa.. Lisa Covey… You lovely sister..” suara Lisa terdengar mengoda.
“Bukan ! Kamu iblis !” seru Cowel. Tangannya siaga dibelakang punggungnya, tepat dimana dia menyimpan pisau kecil yang dibawanya tadi.
“Ohhh, lebih iblis daripada yang mengeluarkan tulang anaknya sendiri ?” balas Lisa sambil tersenyum licik.
Lisa lalu mengambil kotak kayu yang berada tidak jauh dari lingkaran itu dan membuka isinya. Ekspresinya begitu menghina. Dia lalu mengengam tulang – tulang itu ditangannya dan memamerkannya pada Cowel.
“Kembalikan padaku !” Cowel mengeluarkan pisaunya.
“Ini ?”
Lisa lalu menjatuhkan tulang – tulang tersebut dilantai dan menginjaknya. Beberapa kali injakan dan tulang itu hancur dengan mudah.
“Bitchhh !!!” Cowel menerjang kearah Lisa dengan pisaunya.
Lisa mengangkat tangannya, Cowel terangkat keatas seketika. Dia sedikit mengepalkan tangannya, membuat leher Cowel tercekik seketika. Pisau itu terjatuh dari tangannya. Lisa mengambil pisau tersebut dan tersenyum manis sementara Cowel berusaha agar bisa bernafas.
“Kupikir kamu akan berbeda dengan Max. Ah ! Kamu bahkan lebih parah daripada dia ! Aku telah memberikan peluang bagimu untuk bisa berkomunikasi dengan Andrew tapi kamu sia – siakan. Poor Cowel.” kata Lisa santai.
Lisa lalu mengambil kitab iblis yang berada disana dan membukanya saat Cowel masih berusaha keras untuk sekedar bernafas.
“Max melakukan pekerjaannya dengan baik. But you ! Begitu lemah. Baiknya kamu menjadi korban berikutnya untuk memenuhi ritualku.” kata Lisa sambil membalik – balikan halaman didalam kitab itu.
“Ma..ks…udmu..” Cowel berusaha keras untuk bisa berbicara.
“Oh… I am the one who kill Audrey 14th lalu. Nobody will believe it ! Aku hanya gadis polos pada saat itu.” jawab Lisa santai.
“Yo..u…. !!” sekilas ada suara eragan penuh kemarahan dari Cowel.
“Jonny yang bodoh menyuruhku menjadi guru. Dan aku hanya dipenuhi oleh amarah setiap kali aku melihat wajah bodoh anak – anak itu. And Andrew ! Yang begitu sok hebat.. Ohh,, poor Andrew…” Lisa bercerita tanpa rasa bersalah sama sekali.
Cowel mengeram penuh kemarahan, namun tidak ada yang bisa dia lakukan. Lisa terus melanjutkan hinaannya.
“Max memanfaatkan anak – anak itu untuk bisa berkomunikasi dengan Audrey. Yah, aku tidak keberatan karena jiwa mereka telah aku ambil. Dan kamu tahu kenapa ??” suara Lisa sedikit meninggi.
Leher Cowel terasa semakin tercekik. Dia semakin sesak sementara Lisa mulai menatapnya dengan tatapan penuh amarah.
“Aku akan membangkitkan kembali dia… Sooner.. aku sudah tidak sabar lagi.”
Lisa berjalan kepintu depan dan sebelum dia berlalu dari gudang itu, dia melihat Cowel sesaat.
Mulutnya berkomat – kamit membacakan mantra – mantra aneh. Dan dengan senyum lebarnya, dia mengempalkan tangannya dengan kuat. Seketika leher Cowel remuk dan tubuhnya terjatuh kelantai. Lisa pergi dari sana dengan pisau dan kitab iblisnya