Chapter Two : Intro [Part 03]

0

Aku tidak pernah membangunkannya karena dia akan sulit untuk tidur lagi. Kupandangi wajahnya yang sudah mulai berkeriput, tangannya sudah tidak sekokoh dulu dan rambutnya sudah mulai terlihat terang karena uban mulai tumbuh dengan suburnya.

Spread the love

Aku berjalan pelan melewati dapur dan perlahan kulepaskan sepatuku dan kutata rapi dirak yang tidak jauh dari kamar mandi. Aku melirik sejenak kemeja bulat dan tidak kutemukan nasi sedikitpun diatas meja. Kunyalakan sebuah lampu kecil ditengah rumah karena hari sudah gelap.

Kami terbiasa dengan penerangan yang minim guna menghemat tagihan listrik setiap bulannya. Kubuka pintu kamar dan tidak kutemukan mama disana. Aku mulai berjalan keruang tamu dan kutemukan dia sedang tertidur diatas tumpukan jahitannya.

Kuambil selimut didalam kamar dan kuselimuti badannya agar tidak kedinginan. Melihat wajahnya yang kelelahan bekerja diusianya yang bisa dikatakan sudah tidak muda lagi selalu membuatku merasa sedih.

Aku tidak pernah membangunkannya karena dia akan sulit untuk tidur lagi. Kupandangi wajahnya yang sudah mulai berkeriput, tangannya sudah tidak sekokoh dulu dan rambutnya sudah mulai terlihat terang karena uban mulai tumbuh dengan suburnya.

Aku selalu teringat pada masa aku bersekolah dulu ketika aku terbangun tengah malam untuk buang air kecil, aku selalu melihat sebuah lampu kecil menyala didepan dan bisa kuintip mamaku sedang melanjutkan jahitannya demi bisa mendapatkan uang keesokan harinya, dan tentunya demi bisa memberikanku beberapa koin sebagai uang jajanku. Mataku sembab setiap kali aku terkenang masa itu, kucium keningnya dan kutinggalkan dia beristirahat disana.

Aku menemukan sedikit nasi yang bawahnya sudah menguning disalah satu panci dekat dapur. Ini adalah sisa nasi yang dipanaskan kembali lebih dari dua kali. Kuicip sedikit dan masih bagus rasanya. Kuputuskan untuk memasak sebutir telur dan kutaburi dengan kecap.

Aku selalu menikmati makan malamku sendiri dan tidak diperlukan waktu lama aku sudah menyelesaikan makan malamku yang sederhana. Kubersihkan piring – piring kotor yang sudah beberapa hari tidak sempat dicuci. Jam didinding sudah menunjukan angka 9 malam. Aku memutuskan untuk mandi malam terlebih dahulu sebelum pergi tidur.

Kamar mandi ini berlapis semen dingin didalamnya. Aku selalu menyalakan air dengan derasnya setiap kali aku berada disini. Bukan karena mandiku yang membutuhkan banyak air, melainkan tempat ini selalu menjadi sahabatku yang setia untuk mendengarkan setiap amarah, kekecewaan dan bahkan tangisanku.

Malam ini, air mataku jatuh begitu saja ketika aku mulai membasahi rambutku. Air mata yang selalu aku bendung didepan semua orang, selalu berakhir terjatuh dengan derasnya dikala aku sendiri ditempat ini. Ada kesedihan yang bahkan tidak kumengerti sama sekali. Ada juga perasaan marah pada diriku, perasaan kecewa pada kehidupanku, semua begitu lengkap berkumpul didalam hati kecilku ini, dan tangisku meledak setara dengan kencangnya air yang turun kedalam bak yang sudah mulai penuh.

“Mika.. kamu didalam ya ?” Mama mengetuk pintu kamar mandi ini.

Aku terkejut mendengar suara mama dari balik pintu dan segera kuatur nafasku agar suaraku terdengar baik – baik saja.

“Iya Ma, lagi mandi nih. Bentar ya” Sahutku segera.

“Mama kebangun karena suara airnya kencang bangat, mama pikir kamu lupa matikan airnya sampai melimpah gitu.” Suara mama sekarang terdengar agak menjauh dari pintu.

Mungkin dia berada didapur saat ini. Kumatikan kran air dan kuselesaikan mandiku dengan cepatnya lalu segera keluar.

Kulihat mama yang sedang memanaskan air disebuah teko mungil diatas kompor dan setoples serbuk kopi dan gula berada tidak jauh dari sana. Matanya tampak lelah namun tetap dipaksakan dirinya untuk terjaga malam ini dengan membuat kopi, pasti ada pesanan baju yang harus segera dia selesaikan.

Kudekatkan gelasku pertanda aku menginginkan segelas kopi. Lalu aku menuju kamar tidur dengan handuk yang menutupi badanku. Aku mengambil pakaian tidurku dan segera setelah aku selesai berpakaian, aku kembali ke meja bulat untuk duduk bersamanya menikmati segelas kopi hitam yang sudah siap dibuatnya.

Kutiup perlahan kopi yang asapnya masih mengempul sambil melihat pantulan bayanganku dikopi.

“Gimana kerja hari ini ?” Tanya mama sambil melakukan hal yang sama.

“Aman koq Ma.” Aku menyerut kopi ini dan terasa nikmat, mungkin aku tidak akan tidur dengan nyeyak malam ini karena meminum kopi malam hari selalu membuatku kesulitan untuk tidur.

“Mama gimana ?” aku bertanya kembali padanya.

Wajah tua itu tersenyum, dilihatnya aku sebentar kemudian berjalan kekamar meninggalkan aku.

“Mama baik kok Mika.” Dia berdiri lalu berjalan kekamar tidur. Aku tidak melepaskan pandanganku sampai sosoknya menghilang didalam kegelapan. Aku kembali menikmati kopi ditanganku.

Tidak lama kemudian mama muncul sambil membawa seamplop surat dan duduk disampingku.

(to be continue…..)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights