[Cp. 01] Prolog

0

Menonton, menulis, melanjutkan pekerjaan kantor ataupun menangis. Tidak ada seorangpun yang akan melihatku diposisi ini.

Spread the love

Kunaiki tangga toko yang membawaku menuju café dilantai dua dan berjalan dengan cepat menuju salah satu meja yang berada dipojokan café ini. Segera kuletakkan tasku dikursinya, menandakan bahwa meja ini sudah ada pemiliknya.

Ada perasaan bahagia setiap kali aku mendapatkan meja dipojokan café ini. Selain memberikan pemandangan yang indah untukku dikala senja menghampiri, aku juga bisa menghabiskan waktuku disini dengan berbagai kegiatan bersama laptopku.

Menonton, menulis, melanjutkan pekerjaan kantor ataupun menangis. Tidak ada seorangpun yang akan melihatku diposisi ini.

Seorang waiter berjalan mendekatiku sesaat setelah aku duduk. Dengan senyum diwajahnya, dia memberikanku buku menu café. Aku tidak pernah membukanya karena aku selalu memesan segelas tea susu hangat dan air putih setiap kali duduk disini.

Waiter itu segera berlalu begitu mendapatkan konfirmasi pesananku. Kupandangi jalan raya dari balik kaca café ini. Jalanan terlihat ramai seperti biasa. Semua orang tampaknya sedang berlomba untuk dapat segera sampai kerumah dan berkumpul bersama keluarga mereka setelah seharian bekerja.

Sementara aku, rumah bagiku adalah bagaimana aku bisa menikmati duniaku sendiri. Duduk dicafe hingga malam membuatku jauh lebih bahagia dibandingkan pulang kerumah yang kutinggali bersama keluargaku.

Kukeluarkan laptop kecil dari tasku dan kusambungkan kabel charger pada salah satu lubang listrik yang tersedia.

Pesananku datang tidak lama kemudian. Kulemparkan senyuman dan ucapan terimakasih kepada waiter sebelum dia berlalu. Mataku sibuk dengan layar laptopku. Aku menikmati tea susu hangat ditemani berita – berita lucu didepan laptop.

“HAPPY BIRTHDAY TO YOU..”   

Nyanyian ulangtahun terdengar nyaring olehku. Kulepaskan pandanganku dari laptop dan mataku mulai mencari dimana sumber nyayian itu berasal.

Pandanganku terhenti dimeja yang berada tidak jauh dari tempat dudukku. Aku melihat sebuah kue dengan lilin angka 12 menyala dengan terangnya didepan seorang anak gadis.

Aku melihat wajah bahagia anak tersebut dari kejauhan, ditemani keluarga dan beberapa sahabatnya. Ini pasti adalah hari paling bahagia untuknya. Anak tersebut mulai menutup matanya dan berdoa. Iringan tepuk tangan meriah diberikan saat lilin dikue tersebut padam oleh tiupan lembutnya.

Aku terus memperhatikan moment bahagia tersebut. Ada beragam perasaan bercampur aduk didalam diriku. Perasaan marah, perasaan sedih, perasaan iri dan perasaan kecewa.

Aku melewati masa kecilku tanpa kue sama sekali. Kupejamkan mataku dan berbagai kenangan mulai terbentuk kembali dalam ingatanku. Masa lalu yang begitu ingin kulupakan namun tidak pernah benar – benar pergi dari hidupku. Luka yang tidak bisa hilang meski sudah lama berlalu.

Sebelum pikiranku kembali larut dalam masa lalu, kuputuskan untuk mulai menulis didepan laptopku.

Aku sangat suka menulis bukan karena cita – citaku untuk menjadi seorang penulis. Namun melalui tulisan, aku bisa mengungkapkan segala bentuk perasaanku didalamnya tanpa takut orang lain akan mengejek, menghina dan menertawakanku.

Aku selalu merasa lebih nyaman setiap kali aku mulai menuliskan cerita kehidupanku didalam buku diary ataupun diword laptopku jika dibanding dengan bercerita kepada orang lain.

Hal ini mulai aku lakukan sejak aku mengetahui kenyataan bahwa orang lain hanya akan mendengar cerita kita lalu bergossip dibelakang kita. Tidak ada solusi, malah menambah masalah.

Tanganku pelan mencari sebuah folder tersembunyi didalam laptop. Sebuah folder yang aku beri judul, “Memories.”

Folder ini berisi berbagai macam kenanganku hingga kini. Kubuka kembali folder tersebut, mataku mulai membaca setiap tulisan disana dan pikiranku mulai kembali kemasalalu tanpa aku minta.

[to be continue…..]

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights