“Weisu…..”
“Weisuuu…..”
Sebuah suara memangil dirinya malam itu. Matanya terasa berat namun suara itu terus memanggilnya. Dia melihat Mora yang terlelap diujung tenda itu.
Ah ! pasti hanya suara burung.
Dia memutuskan untuk kembali melanjutkan tidurnya.
“Weisu.. come and see….”
Dia mulai tidak bisa tidur. Setelah melemparkan selimutnya dengan penuh kekesalan, dia berjalan keluar dari tendanya dan melihat sekelilingnya yang sepi.
Dia mengosok – gosok badannya karena dinginnya angin malam disana. Pandangannya lalu tertuju pada tenda Lisa dan Leo dan perasaan bencinya terasa begitu besar.
Lisa adalah cinta pertama bagi Weisu, namun kini semua itu hanya menjadi mimpi yang tidak mungkin terkabulkan karena Leo telah mengambil hati Lisa dengan cepat.
Tidak hanya kaya, Leo juga memiliki postur tubuh yang membuat sebagian pria dikampus itu merasa iri. Dengan segala kelebihannya, Leo juga bisa dikatakan sombong. Tidak jarang dia menghina Weisu ketika mereka hanya tersisa berdua.
Dia lalu melewati tenda itu dengan kebenciannya dan mengikuti suara tersebut.
“Kesini…”
Dia terus berjalan mengikuti suara itu sambil sesekali bergumam pelan.
“Kemana kita ?”
“Follow me and you will know, Weisu…”
Dia meninggalkan tendanya dan terus berjalan hingga kesebuah rumah yang sudah disegel polisi. Entah apa yang berada didalam pikirannya saat itu, dia seolah terhipnotis oleh suara tersebut.
Dia melewati pembatas polisi itu dan masuk kehalaman rumah itu. Dia berusaha mencari jalan masuk namun pintu disana tergembok. Dia terpaku didepan kaca rumah itu.
“I know you hate Leo…..”
Dia mulai panik, dia melihat sekelilingnya namun tidak ada siapapun yang berada disana. Dia menatap pantulan dirinya sendiri didepan kaca rumah itu. Meskipun kaca tersebut sudah tertutupi oleh debu yang lumayan tebal, dia tetap bisa melihat dirinya dengan jelas.
“Why you don’t write hes name in the mirror, then I will make Lisa be yours ?”
Bisikan itu terasa begitu dekat dengannya. Tubuhnya kaku dan dia tidak bisa melawan permintaan suara itu. Dia mengangkat tangannya lalu menulis nama Leo dikaca tersebut. Tidak lama kemudian dia berjalan kembali ketendanya.
Ada perasaan yang sedikit melegakan ketika dia selesai menuliskan nama temannya disana. Entah kenapa, dia merasakan kedamaian.
Setelah Weisu pergi, dari dalam rumah itu, sebuah telapak tangan melekat didekat tulisan tersebut.