Sejak Bika berusia 6th, dia sudah kehilangan papanya. Dia adalah anak ke 7 dari total 11 orang saudara. Sebagai anak wanita dan lahir dipertengahan persaudaraan, sudah jelas baginya untuk tidak mendapatkan keistimewaan seperti abang – abangnya. Dan dia juga harus selalu berbagi dengan adik – adiknya.
Papanya tergolong muda pada saat itu. Papanya meninggal karena bunuh diri. Pada zaman itu, tepatnya sekitar tahun 1948. Kehidupan begitu susah. Stress menjadi salah satu alasan terkuat kenapa papanya membunuh dirinya sendiri.
Jika dipikir, kejam memang. Papanya tega meninggalkan istri beserta 11 orang anaknya tanpa sepeser uangpun saat itu. Sebagai kepala rumah tangga dan juga ibu rumah tangga, Kokjo harus bisa menghidupi semua anak – anaknya.
Tidak hanya itu, dia juga harus bisa menyekolahkan anak lelakinya. Minimal hingga selesai 6th pendidikan (SD).
Pada zaman itu, bisa bersekolah hingga lulus SD sudah sangat bagus.
Seiring berjalannya waktu, anak – anak Kokjo tumbuh besar. Mereka semua kurus karena bisa dipastikan mereka sangat jarang memakan yang namanya beras.
Jikapun ada, beras itu akan disisihkan pada adik – adiknya terlebih dahulu dan diberikan kepada abang tertua mereka. Jadi Bika hanya memakan sisa – sisa kerak beras yang tersisa. Abangnya, Holan. Berhasil bersekolah dan belajar memperbaiki peralatan elektronik secara autodidak.
Holan menjadi satu satunya harapan Kokjo pada masa itu. Apapun yang terjadi, minimal Holan bisa bersekolah dan makan dengan teratur. Sungguh berbeda dengan sisa saudara – saudaranya yang lain.
Bika menjadi anak yang paling dibenci oleh Kokjo. Ketika usianya mencapai umur 10th, dia sudah harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Bayangkan saja, umur 10th yang seharusnya masih bermain dan belajar sudah harus dihabiskan Bika dengan bekerja.
Bika sempat bersekolah. Sayangnya dia hanya bisa bersekolah hingga pertengahan kelas 2 SD. Pada masa itu, sekolah masih gratis karena negara Indonesia baru merdeka. Terbakarnya sekolah Bika sekaligus menjadi akhir perjalanan sekolahnya. Dia tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali !
Untungnya, ketika masa sekolah yang tidak sampai 2th, Bika bertemu dengan seorang pria bernama Roy. Sebagai anak yang sama – sama susah dan musti kehilangan kesempatan belajar, Roy jatuh hati pada Bika saat itu.
Mereka juga sama – sama sudah tidak memiliki sosok papa. Jadi rasanya kehidupan mereka klop sekali.
Bika bekerja keras demi bisa menghidupi adik – adiknya. Sejak kecil, Bika sudah mengubur jauh impiannya. Dia bekerja, memberikan gajinya pada sang ibu dan kena pukul ketika pekerjaannya tidak bagus.
Dia juga terkadang mencuri ketika tidak bisa mendapatkan hal yang dia inginkan.
Rata – rata hal yang dia curi adalah makanan.
Dia begitu rakus akan makanan. Bersama adiknya, dia berusaha mengambil makanan dan lari luntang lanting ketika ketahuan.
Begitulah Bika menjalani kehidupannya saat kecil.
(to be continue…….)