Malam itu dia tidur dengan gelisah. Ada begitu banyak masalah yang sedang dipikirkannya. Dia sungguh tidak ingin tidur namun matanya tidak mampu lagi menahan kantuk yang sudah menyiksanya seharian.
Dia bangun lebih cepat dari biasanya. Masalah pekerjaan itu terus menghantuinya. Dia segera mandi dan pergi kekantor pagi itu. Dia ingin menyelesaikan masalahnya secepat mungkin karena dia mulai tidak nyaman dengan keadaan yang ada.
TIdak ada seorangpun yang berada didalam kantor sepagi dirinya. Dia masuk kedalam ruangannya, menyalakan komputer dan mulai berpikir. Dia tidak ingin kinerja baiknya selama ini hancur karena masalah yang dia buat.
Tanpa sengaja, dia kelupaan membuat orderan orang. Orderan itu adalah barang penting yang harus segera dipenuhi dalam 2 hari. Dia sudah membicarakan hal itu dengan team terkait dan tampaknya dia tidak mendapatkan respon yang baik hari sebelumnya.
Semalaman dia merasa begitu cemas. Dia tidak ingin bossnya marah dan orang tersebut kecewa karena kelalaiannya.
Sungguh, dia adalah seorang karyawan yang rajin dan entah kenapa hari itu dia melupakan orderan itu begitu saja. Mungkin karena porsi kerjanya yang semakin hari semakin banyak. Lupa adalah hal yang lumrah terjadi dengan porsi kerja sebanyak itu.
Dia tidak sarapan, dia tidak bisa tidur dan dia merasa begitu sengasara karena jawaban atas masalahnya tidak kunjung datang.
Dia membuat kopi hitam terpekat yang tidak pernah dia buat sebelumnya dan menghabiskan kopi itu dengan cepat.
Detik demi detik berlalu. Jam sudah menunjukan jam kerja seperti hari sebelumnya. Satu persatu rekan kerjanya datang dengan bersemangat dan wajah ceria, sungguh berbeda dengan kondisi dirinya hari itu.
Tidak ada seorang rekanpun yang mencemaskan masalah itu seperti dirinya, padahal mereka 1 team. Artinya ketika hal tersebut akan menjadi masalah, maka semua orang didalam team yang sama akan terkena akibatnya.
Ada rasa kesal didalam hatinya namun dia memutuskan untuk menyimpan segala sesuatunya sendiri.
Dia berusaha mencari penyelesaian masalah sendiri dan dia juga bersiap menanggung resikonya sendiri.
Telepon yang ditunggu akhirnya tiba. Tubuhnya bergetar dan dipenuhi rasa takut yang luar biasa. Itu adalah telepon dari bossnya. Mungkin dia akan kena marah sebentar lagi, atau sialnya dia akan dipecat hari itu juga.
Karena orderan yang dia lupakan bukanlah orderan orang biasa, melainkan teman bossnya.
Setelah menelan ludah beberapa kali, dia memastikan suaranya tidak bergetar. Setelah nafasnya terasa lebih teratur, dia mengangkat telepon itu meski seluruh tubuhnya telah basah oleh keringat.
“Yah Pak ?” katanya pelan.
“Donni, kenapa kamu lemas sekali ?” tanya bossnya.
“Maaf Pak..” katanya lagi
“Oh Donni. Apakah kamu takut aku akan membahas masalah lupa ordermu itu ?” suara bossnya terdengar mengoda.
Sesaat, Donni terdiam. Dia tidak bisa membedakan apakah nada itu adalah nada godaan atau nada dimana bossnya sedang menahan amarah pada dirinya.
“Maaf Pak..” akhirnya dia mengulang kata tersebut.
“Donni !” bentak bossnya.
Seketika, Donni tidak mampu berkata – kata. Dia akan dipecat saat ini juga. Dia akan kehilangan pekerjaan yang begitu dicintainya sesaat lagi !
Ketika semua kecemasan itu semakin memuncak, perkataan bossnya terasa seperti mimpi dipagi buta.
“Aku ingin mengajakmu meeting siang ini dengan klien lain. Perihal orderan terlupakan. Itu bukan masalah besar, Kenapa kamu begitu takut ???” suara bossnya akhirnya memelan.
“Tapi Pak…” jawabnya pelan juga, tidak percaya.
“Tidak ada tapi. Aku heran melihat kamu yang begitu cemas. Tidak pernah ada masalah. Namanya manusia, wajar saja bisa lupa sesekali.” sahut bossnya tegas.
Setelah beberapa percakapan dan nasehat, bossnya mematikan panggilan. Donni seketika merasa begitu lega sekaligus bodoh. Dia mengasihani dirinya sendiri karena tidak bisa berpikir lebih baik dan hanya fokus pada kesalahannya.
Wajar rekan team lainnya biasa saja. Mereka sudah tahu itu. Bahkan mereka juga yang meminta bossnya untuk menelepon dirinya. Karena akan percuma rasanya jika mereka yang berbicara pada Donni.
Hidup kita sering bangat begitu, ketika membuat suatu masalah dan belum mendapatkan solusi atas penyelesaian masalah itu. Kerap kali kita memikirkan masalah itu secara over yang akhirnya mempengaruhi diri kita.
Kita tidak bisa tidur, tidak bisa makan dan tidak bisa berpikir jernih karena sebuah masalah yang belum tentu akan buruk. Bahkan, kita kerap langsung menilai dampak suatu masalah itu buruk tanpa benar – benar menikmati masalah itu terlebih dahulu.
Disaat kita sibuk membuang waktu dan menyiksa diri untuk hal yang tidak pasti. Orang lain malah santai saja dan tetap happy menjalaninya. Ketidak percayaan diri akan kemampuan akan membawamu pada masalah baru yang lebih besar.
Be wise and think cleary. Karena tidak semua masalah akan membawakan hasil buruk. Dan tidak semua masalah itu akan menjadi masalah bagi orang lain.
Masalah itu justru diawali dari diri sendiri, membesar karena diri sendiri dan menderita karena kebodohan sendiri !