CHAPTER TWENTY FIVE : HOME

0

Ketika malam tiba dan api unggun mulai dinyalakan, mereka bernyanyi gembira didepan tenda masing – masing sambil menikmati berbagai macam makanan yang mereka panggang.

Spread the love

Mobil merah maroon itu menyala sedari tadi. Leo memanaskan mesin mobilnya sedari pagi agar tidak ada masalah sepanjang perjalanan ke Aleska nanti. Bagasinya tampak penuh oleh perlengkapan Dani.

Lisa hanya membawa sebuah tas kecil, begitu juga Leo dan Neo, sementara Dani, dia membawa 3 tas dengan alasan masing – masing tas tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Dani jelas tidak bisa hidup tanpa riasannya.

“Apakah Mora dan Weisu sudah ada kabar ?” tanya Neo.

“Mereka sedang dalam perjalanan.” Jawab Dani cepat. Matanya masih sibuk dengan riasan didepannya.

“Aku rasa mereka cocoknya pacaran. Bagaimana menurutmu, Lisa ?”

Lisa melihat kearah Leo dan tersenyum. Dia tidak banyak bicara sejak malam terakhir itu.

“Apakah kamu baik – baik saja, Lisa ?”

Lisa tidak menjawab. Lisa hanya membuka ponselnya dan kembali menelepon Cowel.

Dikejauhan, tampak sebuah motor jadul dengan asap tebalnya sedang melaju kearah mobil mereka. Weisu membawa Mora dengan motor bontot !

Sambil tertawa keras mereka melewati Dani yang berdiri tidak jauh dari mobil itu dengan sengaja, membuat Dani menjerit keras karena dandanannya rusak terkena asap dari knalpot motor itu.

Mora turun dari motor dan membiarkan Weisu masuk kedalam rumah Lisa untuk menyimpan motor tersebut. Neo membantu Mora memasukan barang mereka berdua kedalam bagasi.

Setelah semua barang sudah dimasukan, Leo menutup bagasi tersebut dan Lisa mengunci rumahnya dengan kunci ganda. Dia juga mengembok pagar depannya agar lebih aman.

Mereka masuk kedalam mobil. Leo sebagai pengemudi dan Lisa duduk disampingnya. Dibangku tengah ada Dani dan Neo dan dikursi paling belakang ada Weisu dan Mora yang masih sibuk tertawa karena Dani tidak berhenti merepet.

“Lisa, semua aliran listrik sudah dimatikan bukan ?” tanya Leo.

“Iya. Aku hanya menyisakan lampu teras yang menyala.”

Leo melihat kearah teras depan rumah Lisa. Lampunya menyala. Setelah semuanya sudah yakin tidak ada yang tertinggal. Leo menjalankan mobilnya dan Neo menjadi penunjuk arah berdasarkan GPS dihandphonenya.

Yang lain tampak bernyanyi ria didalam mobil itu sambil menikmati berbagai snack yang mereka bawa. Perjalanan mereka ke Aleska membutuhkan waktu sekitar 5 jam jika sepi. Dan waktu tersebut mereka lewati tanpa masalah yang berarti.

Sebuah papan stop berada dipertengahan pembatas masuk kedesa Aleska. Leo memelankan mobilnya dan Lisa memperhatikan dengan seksama. Seorang polisi berada tidak jauh dari sana. Setelah saling pandang beberapa saat, Neo akhirnya turun dari mobil itu dan berjalan ketempat polisi itu.

Mereka memperhatikan dari dalam mobil. Tidak lama kemudian Neo kembali kemobilnya dan Leo membuka kaca mobil depannya,

“Ada apa ?” tanya Leo

“Katanya, Aleska akan rawan longsor dimusim dingin. Jadi semua pengunjung bisa memarkirkan mobil mereka disebelah kanan. Sini ikut aku.”

“What !” Dani mengeluh.

Leo memelankan mobilnya sambil mengikuti Neo. Mereka berbelok kekanan jalanan dan masuk kegang kecil.

Disana ada plang parkiran yang cukup besar dan beberapa mobil juga terpajang rapi disana. Setelah mereka mendapatkan posisi parkir yang bagus, Leo mematikan mobilnya dan mereka turun dari mobil itu.

Mereka merenggangkan otot – otot mereka yang kaku dan mulai mengeluarkan tas mereka dari dalam bagasi.

Dani menatap Neo dengan sinis. Hanya tas dia saja yang paling banyak. Dengan helaan nafas berat, Weisu dan Neo membantu Dani membawa tas dia sementara Leo membawa perlengkapan camping dipunggungnya.

Leo mengunci mobilnya lalu mereka berjalan kembali ketempat tadi. Polisi itu berdiri dan melakukan pengechekan terlebih dahulu sebelum membiarkan mereka masuk kedesa itu.

Mereka menyerahkan 6 lembar kartu identitas kepada polisi itu. Polisi itu memastikan foto dikartu tersebut sama dengan wajah mereka. Dan betapa terkejutnya polisi itu ketika melihat Lisa didepannya,

“Kamu.. darimana saja ?” tanya polisi itu tiba – tiba sambil melihat Lisa.

“Dari kota.. dan aku kesini untuk menjumpai ayahku.” jawab Lisa.

“Oh….. aku turut berduka atas kebakaran itu.” katanya cepat.

“Kebakaran ?” Lisa bertanya kembali.

“Ahh, kami sebenarnya ingin camping disini, dikampung Lisa. Benarkan teman – teman ?” Mora segera memotong dengan cepat.

“Iya benar. Bawaanku sudah sangat berat, bisakah kami dibiarkan masuk lebih cepat ?” Leo menimpali.

Lisa tampak kebinggungan. Dani yang menyadari hal tersebut segera menarik Lisa kesisi lain.

Setelah saling pandang beberapa saat, polisi itu memberikan kembali kartu identitas mereka dan membiarkan mereka masuk kedalam desa itu.

Lisa mengeluarkan ponselnya dan terus menelepon Cowel namun tidak ada jawaban. Dia lalu menelepon Lena, wanita yang pergi bersama Cowel.

Beberapa deringan dan Lena menjawab teleponnya. Lena tidak tahu keberadaan Cowel. Sejak pamakaman itu, Lena segera kembali kekota. Dia meninggalkan Cowel didesa dan dia sendiri tidak mendapatkan telepon sama sekali dari Cowel.

Lisa tidak memberitahu Lena bahwa dia sudah berada di Aleska, setelah mendapatkan informasi yang cukup, Lisa menutup teleponnya dan semua temannya melihat Lisa dengan kebinggungan.

“Berarti ayahmu masih disini ? Kenapa kita tidak kerumahmu saja ? Kami bisa tidur meskipun tanpa kamar pribadi.” Dani berusaha menghibur.

Lisa terdiam. Dia lalu duduk dilantai dan mulai menangis. Dia menangis sejadi – jadinya karena dia tidak ingat apapun. Dia tidak ingat dimana rumahnya dan dia tidak bisa menghubungi Cowel.

“Aku tidak ingat apapun ! Aku tidak ingat….” Jeritnya.

Leo tampak prihatin sementara yang lainnya hanya diam.

“Bagaimana kalau kita bercamping didekat sana ? Besok pagi kita akan mencari penginapan.”

Leo menunjuk kearah lapangan kosong yang bisa dikatakan lumayan luas. Disana ada sisa bangunan yang habis terbakar dan juga beberapa rumah tua yang tampak tidak berpenghuni.

“Apakah kamu bercanda Leo ! Itu rumah terbakar yang diberitakan ! Apakah kamu sudah gila !”

Neo mengeram. Leo segera menutup mulut Neo dan menatapnya dengan dingin. Dia tidak ingin Neo membeberkan penemuan mereka terlebih dahulu sebelum mendapatkan kejelasan.

“Kita akan camping disana ! Jika kalian tidak setuju, kalian bisa mengedor pintu warga didesa ini dan berharap mereka memberikan kalian kasur hangat seperti diperkotaan.” Weisu berjalan kearah lapangan kosong itu.

Dengan iringan nafas berat, Dani dan Mora mengikuti Weisu sementara Lisa dibantu Leo bangkit berdiri dan berjalan bersama. Neo menyusul dengan was – was sambil memperhatikan sekelilingnya.

Perasaannya mulai terasa tidak enak sama sekali. Keanehan sudah dirasakan Neo sejak mereka ingin masuk kedesa itu. dari pertanyaan polisi hingga kebinggungan Lisa. Dia akan berhati – hati dan berusaha untuk tidak gegabah.

Mereka sampai dihalaman kosong dekat dengan bangunan yang sudah terbakar habis. Mereka memilih lokasi didekat pepohonan dan membuat tenda disana. Tidak ada warga yang melewati kawasan tersebut. Jadi tidak akan ada masalah jika mereka bercamping disana karena mereka akan segera pindah besok pagi kepenginapan terdekat.

Tidak dibutuhkan waktu lama 3 tenda sudah selesai. Mereka membuat 2 dibawah dan 1 agak diatas, membentuk segitiga. Bentuk yang aneh namun bisa dilihat Lisa mulai kembali mendapatkan semangatnya.

“Kita akan membuat api unggun malam nanti dipertengahan, dan kita akan mencari dimana ayahku berada. Maafkan aku… aku tidak ingat apapun.”

“Oke, semua sudah terencana dengan baik. Ini juga sudah mulai sore. Kita akan memasak dan memanggang sesuatu. Dan membuat api unggun dimalam hari. Semangat semuanya !”

Mereka membagi tugas masing – masing. Mora, Dani dan Lisa pergi berbelanja dimarket dengan berjalan kaki super jauh sementara Neo menyiapkan kayu bakar yang bisa dia dapatkan dengan mudah didekat pepohonan sana.

Leo dan Weisu membantu menstabilkan tenda – tenda dan kebutuhan camping lainnya. Weisu menatap Leo dengan cemburu. Dia sungguh menginginkan Lisa dan dia tidak dapat mengalahkan Leo yang memiliki segalanya itu.

Ketika malam tiba dan api unggun mulai dinyalakan, mereka bernyanyi gembira didepan tenda masing – masing sambil menikmati berbagai macam makanan yang mereka panggang.

Leo dan Lisa berada ditenda paling kanan, Mora dan Weisu berada ditenda paling atas sementara Dani dan Neo berada pada tenda disebelah kiri.

Mereka menghabiskan malam didesa itu dengan penuh kegembiraan dan melupakan kecemasan mereka sesaat.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights