Hmmm, lelah selalu ku hadapi setiap saat dan setiap waktu. Tidak tau apa yang sedang aku pikirkan saat ini. Dia hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan aku selalu di salahkan olehnya. Bagiku apa yang aku lakukan saat ini adalah hal yang benar namun dia tidak bisa mengerti itu.
Stevan, dia kekasihku. Setiap kali pada saat aku mengajaknya untuk menemaniku jalan jalan dia selalu beralasan sedang sibuk. Yah apapun itu aku mengalah dan tidak memaksanya untuk menuruti perintahku. Tidak hanya aku, bahkan teman temanku tahu sifat Stevan kekasihku itu.
Sempat seorang temanku merasa tidak nyaman dengan sifat Stevan yang cuek terhadapku. Sabar adalah kata kata ku di saat dia sedang tidak peduli kepadaku. Menangis adalah rutinitasku setiap malamnya karena aku merasa Stevan tidak pernah membuatku merasa bangga kepadanya.
Tapi aku tidak mengerti kenapa sulit bagiku untuk meninggalkan dirinya?
“Sayang, maaf yah aku tinggal dulu. Tiba2 ada meeting di kantor.”
Baru saja belum sampai 5 menit di restoran untuk makan siang bersamanya, dia telah pergi dengan segera. Setiap kali aku berjalan sendirian di sebuah taman aku melihat pasangan yang sangat romantis dan terlihat bahagia satu sama lain.
Melihat mereka membuat aku teringat dengan kekasihku Stevan. Aku ingin sekali bisa seperti yang lain. Aku ingin dia ada untukku setiap saat. Karena ikatan cinta lah aku bertahan menghadapinya.
Aku berusaha untuk sabar bersamanya. Aku hanya berdoa agar Stevan akan tersadarkan bahwa aku butuh waktunya.
Lukisan cinta terukir di sebuah cake ulang tahun, “Happy Birthday My Love”
Hari ini adalah hari ulang tahun Stevan. Aku sengaja tidak memberitahunya bahwa aku akan memberikan kejutan untuk dirinya. Aku sibuk mendatangi sebuah restoran terbaik di kotaku untuk mengadakan kejutan ulang tahun buat Stevan.
Tidak hanya aku, teman temanku juga turut datang untuk membantuku mendekorasi restoran tersebut. Aku sering melakukan hal ini setiap hari ulang tahun Stevan.
Aku juga mengatur tempat untuk meletakkan kue ulang tahun dan lain sebagainya. Akhirnya dekorasi restoran selesai. Aku hanya perlu bersiap – siap untuk mempercantik diri agar terlihat menarik di hadapan kekasihku nanti.
Acara akan di mulai pukul 7 malam. Aku akan menelepon Stevan sebelum pukul 7 nanti. Sekarang baru menunjukkan pukul 6 sore. Sebelum jarum jam menunjukkan pukul 7, aku harus memastikan semua tata rias restoran ini terias dengan benar dan sesuai dengan keinginanku.
“Kau bisa menelfon Stevan sekarang.” ucap salah satu temanku.
Aku segera mengambil handphoneku dan menelepon Stevan. Tidak dibutuhkan waktu lama, Stevan sudah menjawab teleponku.
“Sayang kamu lagi di mana?” tanyaku penuh semangat.
“Ada apa sayang? Aku sedang di rumah.” Stevan menjawab seperti biasa.
“Kamu bisa ke restoran Hils sekarang?”
Hils adalah restoran yang ku pesan untuk merayakan ulang tahun Stevan.
“Maaf sayang aku tidak bisa soalnya teman – temanku mengajakku pergi ke luar.” ucap Stevan tanpa rasa bersalah
“Sayang please… Datang sebentar saja ini sangat penting untukku.” Aku terpaksa memelas waktunya.
“Sayang, aku mau keluar bersama teman temanku.”
“Sayang ini hari ulang tahunmu, apakah kau lupa?”
“Iya sayang aku ingat. Ini adalah hari ulang tahunku, karena itulah aku ingin pergi keluar bersama temanku untuk merayakannya saying !”
“Sayang kau harus tau aku merayakan ulang tahunmu di sini. Khusus untukmu ! Semua teman – teman kita sudah datang dan aku sudah membuat kue ulang tahun buatmu !” Ada kekesalan yang mulai memenuhi diriku.
“Kamu makan saja kue itu sayang, aku harus pergi.”
Tanpa melanjutkan percakapan, Stevan mematikan teleponku begitu saja.
Aku meneteskan air mata dengan tiba tiba. Aku merasa sangat sakit hati atas perkataan Stevan. Aku lalu mengusap air mataku sebelum aku datang menghampiri ruang pesta yang telah ku buat untuk Stevan yang berakhir sia – sia.
Setiba aku di ruang tersebut aku berjalan menuju kue ulang tahun Stevan dan meniup lilin yang sudah menyala di kue tersebut. Para tamu undangan bersontak kaget saat aku tiba tiba meniup lilin yang seharusnya di tiup oleh kekasihku sendiri.
“Selamat menikmati.” kataku singkat kepada para tamu yang dating.
“Ren, kemana Stevan? Apakah di tidak datang?” salah satu temanku bertanya tentang keberadaan Stevan setelah aku meniup lilin tersebut.
Aku menganggukkan kepala pertanda bahwa Stevan tidak akan hadir di acaranya sendiri.
“Sudah ku bilang kau tinggalkan saja dia.” ucap temanku yang ikut merasa sedih dengan sikap Stevan terhadapku.
Tak kuasa menahan tangis, aku langsung bergegas keluar dari restoran itu dan membiarkan acara itu di nikmati oleh teman temanku. Aku sudah muak dengan hari ini.
Tidak pedulinya Stevan akhirnya membuatku sadar bahwa sudah saatnya aku harus meninggalkan dirinya. Aku terlalu bodoh sabar bersama orang yang tidak peduli padaku sama sekali.
Hari ini aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya. Jika di ajak bertemu saja dia tidak mau dengan terpaksa aku berbicara lewat telfon saja.
“Ok, jika itu mau mu, akhiri saja.” jawab terakhir dari Stevan setelah aku panjang lebar berbicara padanya.
Orang seperti dirinya sangat tidak baik untukku. Aku hanya makan hati saja jika bersama dengan dirinya, lebih baik aku pergi !