[08] TIME

0

Dia tidur ditempat sederhana selama 30tahun lebih tanpa pernah mengeluh.

Spread the love

Aku memperhatikan sosok yang mulai tua dan tidak begitu kuat dengan baik. Tertidur nyenyak dikala hati sedang kecapekan, dan terlalu aktif dikala pikirannya sedang sibuk membayangkan berbagai hal.

Meski terkadang aku suka merasa kesal atas semua perkataannya. Dia tetaplah orang yang sungguh kusayangi, dan melihat dia sakit, hal itu bisa langsung merobek isi hatiku seketika.

Dia tidur ditempat sederhana selama 30tahun lebih tanpa pernah mengeluh. Dia tinggal dan makan sesederhana sebelumnya meskipun kini aku telah beranjak dewasa. Dia tidak pernah mengeluh dan meminta apapun karena dia tahu aku sudah bekerja keras.

Ketika hari libur tiba, terkadang dia mengajakku pergi dengan takut – takut. Dia juga suka sekali menawarkan dirinya untuk membayar segala sesuatu ketika pergi bersamaku. Dia tidak ingin aku mengeluarkan banyak uang untuk dirinya, yang seharusnya menjadi tanggung jawabku.

Suatu pagi, ketika aku berjalan kaki untuk sekedar sarapan dan kepasar. Aku memperhatikan dia berjalan disampingku. Tangan yang kini tua dan keriput itu pernah menjadi tangan kokoh yang mengandengku dan membawaku pergi berjalan kemanapun.

Tangan itu pernah bekerja keras demi membelikanku baju dan makanan. Dan tangan itu tidak pernah dipakai untuk menyakiti fisikku. Bahkan hingga detik ini, tangan itu terus bekerja tanpa ingin aku yang mengerjakan apapun pekerjaan rumah. Seolah aku adalah hartanya yang paling berharga.

Malu rasanya ketika aku suka membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Ketika keinginanku tidak terwujud dan hal yang aku lakukan adalah marah dan menyalahkan keadaan. Seberapa hebat diriku hingga hal tersebut kulakukan tanpa memikirkan perasaannya ?

Dia tidak pernah balik memarahiku, tidak pernah menyiksaku, tidak pernah meminta apapun padaku. Mungkin hanya sedikit waktuku baginya, itupun sungguh susah untuk kuberikan.
Rasanya tuntutan kehidupan menjadi alasan utama untuk menghindar dari dirinya.

Saat jam malam tiba, dia menelepon untuk memastikan bahwa aku baik – baik saja dan sudah makan. Terkadang dia terlalu malas untuk masak sehingga memintaku untuk membelikan makanan, itupun dia selalu memberikan uangnya yang sedikit padaku. Takut aku tidak ada uang lagi untuk makan, dsb.

Ketika aku tertidur dan masih setengah tersadar, dia bangun dan memastikan bahwa selimutku terpasang dengan baik, tidak ingin aku kedinginan dimalam hari dan masuk angin.
Saat aku berpura – pura tertidur, dia membelai rambutku seolah aku masihlah anak kecil didepan matanya.

Jika dipikirkan kembali, begitu banyak hal yang dikorbankan dirinya buatku. Dia berusaha memberikan segala yang terbaik meskipun terkadang itu salah. Mungkin dia terbiasa tidak jujur karena keadaan, tapi jauh didalam hati aku tahu dibalik sebuah kebohongan, dia memiliki ketakutan.

Sejak dia menikah, sejak dia melahirkanku. Aku bisa melihat bahwa dia menjadi ibu rumah tangga yang baik. Terkadang dia suka pergi bermain judi. Namun setelah itu, dia tetap mencari nafkah buat menghidupi diriku.

Dibawah atap yang sama dan kini mulai keropos,
Diatas kasur yang sama dan kini sudah mulai sobek,
Dibalik ruangan yang kecil dan terasa sesak dikala malam tiba,
Dia tidak pernah mengeluhkan apapun.

Saat sakit, dia berusaha menahannya.
Saat tidak berdaya, dia hanya menyerah pada keadaan agar tidak merepotkan.
Saat akan terlelap, dia berusaha menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.
Saat melihat aku tidak makan, dia berusaha memberikan meskipun hanya sebutir telur.

Seiring waktu, tubuh itu semakin renta.
Semakin bertambah renta, dan semakin pelupa.
Pernah aku mengingat kala dimana dia sakit dan melupakan aku. Sebuah pisau tajam tertusuk tepat dilubuk jantungku.
Air mata tidak mengembalikan apapun.
Tangisan tidak merubah apapun.

KARENA PADA AKHIRNYA, HANYA WAKTU DAN MEMORI YANG AKAN MENJADI BAGIAN YANG KEKAL AKAN DIRI SESEORANG.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights