Mobil jenazah memenuhi area itu. Warga – warga didesa itu mulai berkerumun sambil menutup hidung mereka dan saling berbisik. Lena memberikan garis kuning sebagai batasan area investigasi sementara beberapa polisi disana sibuk menyuruh warga – warga itu mundur sesuai batasan jarak yang diberikan.
Mayat – mayat itu mulai dikeluarkan dari rumah Max setelah dimasukan kedalam kantong hitam. Beberapa orang kaya didesa itu mengeluarkan ponselnya dan berusaha memfoto tempat kejadian itu namun Lena dengan cepat mengambil ponsel mereka dan menyitanya. Foto yang terambil juga dihapus dengan cepat.
Setelah semua TKP dilangsir dan diberikan nomor – nomor bukti, mereka segera mensegel rumah itu dan membawa mayat – mayat itu kerumah duka. Mereka akan menguburkan mayat – mayat itu dengan layak keesokan paginya. Lena seharusnya bisa mengautopsi mereka, namun niat tersebut diurungkan karena hasilnya tidak akan akurat lagi.
Cowel tampak duduk seorang diri disalah satu bangku yang tidak jauh dari lapangan luas beberapa meter dari rumah Max. Lena mendekatinya dan ikut duduk disampingnya.
“Aku turut berduka cita, Cowel.”
Cowel tidak berbicara sama sekali. Tidak ada yang tahu bahwa didalam benak Cowel, dia sedang memikirkan bagaimana membuat perjanjian dengan iblis yang akan membangkitkan anaknya kembali.
Lena lalu mengajak Cowel pergi kerumah Dave dan Mario untuk melakukan investigasi bersama namun Cowel menolak dengan cepat.
“Aku ingin istirahat dirumah. Ini sungguh terasa berat bagiku.”
“Baiklah, apakah kamu ingin polisi disini mengantarkanmu pulang nanti ?”
“Motorku masih disana. Aku akan pulang dengan itu. Aku ingin menyegarkan pikiranku sejenak disini.”
“Baiklah, telepon aku jika kamu membutuhkan sesuatu. Aku akan menyelesaikan urusanku dengan cepat dan bertemu kembali denganmu dirumah, ok ?”
Cowel memaksakan senyuman diwajahnya. Setelah Lena pergi dari sana, Cowel mengeluarkan ponselnya dan melihat kembali foto – foto didalam ruang bawah tanah milik Max.
Ada beberapa atribut yang tidak bisa dia dapatkan dengan mudah. Keinginannya untuk membangkitkan kembali Andrew membuat dirinya tidak mampu berpikir jernih malam itu. Cowel berniat untuk kembali masuk kedalam rumah Max dan mengambil beberapa perlengkapan dari sana.
Setelah duduk termenung agak lama dibangku itu, Cowel menyimpan ponselnya dan berjalan kembali kerumah Max sambil memperhatikan sekelilingnya. Sudah tidak ada orang disana.
Dia lalu mengeluarkan kapak kecilnya dan mulai membobol pintu belakang rumah tersebut. Dia masuk kedalam rumah itu dan menutupnya kembali dari dalam. Berbekalkan cahaya dari senter ponselnya, dia masuk kedalam ruangan terlarang itu.
Dengan cepat dia bisa menemukan dan mengambil cawan serta pisau kecil yang berada disana. Lilin yang masih utuh juga dia bawa agar tidak menimbulkan kecurigaan ketika dia membeli lilin.
Dia menutup kembali ruangan itu dan menyusun beberapa buku kedalam rak lalu mengesernya hingga tertutup. Dia lalu menutup kembali pintu belakang rumah itu dengan paku yang dia ambil dari dapur dan berlalu dari sana.
Sesampainya dirumah, dia memasukan semua atribut itu kedalam gudang rumahnya. Dia mengeluarkan kotak kayu yang berisi tulang dan rambut anaknya dengan hati – hati lalu dia mulai menutup gudangnya dari dalam.
Dia hanya menyisahkan 1 pintu kecil sebagai akses masuk yang muat bagi dirinya sendiri. Tidak akan ada yang tahu bahwa dia melakukan ritual disini.
Dia membuka kembali ponselnya dan membuat lingkaran yang sama dengan foto tersebut. Dia menata lilin – lilin yang dia ambil dan membentuk sebuah lingkaran dan bintang ditengahnya.
Lalu dia menuliskan kata – kata yang sebenarnya tidak dia mengerti. Hal terakhir yang dia lakukan adalah menyalakan lilin disana dan meletakkan tulang belulang Andrew ditengah altar.
Dia lalu menyalakan 2 lilin baru dibawah tulang tersebut. Setelah semuanya selesai, dia mengeluarkan kitab satan itu lalu mulai melafalkan kalimat – kalimat disana.
“Lord Satan, by your grace, grant me, I pray thee the power to conceive in my mind and to execute that which I desire to do, the end which I would attain by thy help, O Mighty Satan, the one True God who livest and reignest forever and ever. This I respectfully and humbly ask in Your Name, Lord Satan, may you deem me worthy, Father… please bring back Andrew to mee…. !!!”
Dia mengulang kalimat tersebut berkali – kali namun tidak ada tanda apapun bahwa iblis yang dia panggil mendatanginya. Saat dia menutup kitabnya dengan putus asa, lilin diruangan itu mulai bergoyang.
Sesuatu berada disana. tatapannya hanya tertuju pada tulang belulang Andrew.
“Please…..”
Dia mulai menangis. Namun tangisannya segera terhenti ketika lilin disekelilingnya mati. Dari balik pintu masuk itu, dia merasakan bahwa seseorang sedang berjalan mendekatinya.
Pintu itu terbuka. Andrew berada disana. Dia segera bangkit dan memeluk anaknya tersebut.
“Andrew… Maafkan aku..”
“Daddy, I am scare….”
“Ya, I know… I am sorry…”
“Daddy,, please….”
Lalu Andrew menghilang dari pelukan Cowel, membuat dia semakin kebinggungan dan putus asa. Dan sebuah bayangan dengan tanduk yang besar muncul dari lingkaran tersebut. Tubuh Cowel gemetar dan dia tersujud seketika didepan bayangan itu.
“I will.. give you Andrew…Do what I ask you… Do you ?”
“Yes… I will..”
“The times will come… and I will give you what you’re deserve…”
“Ye..ss… Hail Satan !”
Lalu bayangan itu menghilang dibalik tawanya. Cowel bangkit berdiri, dia menghapus sisa airmatanya dan mulai tertawa. Dia akan membawa kembali Andrew