Memasuki liburan panjang yang sangat saya tunggu – tunggu, kali ini saya akan membahas sekilas tentang holiday. Liburan panjang, selain mudik, pergi berwisata ketempat yang diidam – idamkan tentunya masuk dalam list yang akan kita lakukan.
(Kalau lagi covid sih bagusan jangan. But, article ini dibuat biar pas covid udah berlalu, kalian bisa datang dengan sukacita (alias gak nyasar))
Terkadang, wisata yang sangat ingin kita datangin selalu tidak bisa kita kunjungi karena keterbatasan budget bukan ? Nah, how to enjoy your holiday without high budget ? Kali ini saya akan membahas sedikit tentang perjalanan saya menuju Nusa Tenggara Barat (Lombok) demi mengunjungi sebuah suku yang masih exist hingga sekarang, Suku Sasak.
Mendengar kata suku, tentunya sudah membuat kita bisa membayangkan berada ditempat yang low signal, jalanan yang jelek serta masyarakat yang bakalan tidak bersahabat dengan kita bukan ?
Nah, saya juga begitu, before I go and after I visit, there’s many stories inside this village.
Traveling tidak selalu membutuhkan biaya yang banyak hanya untuk mengunjungi sebuah tempat impian lho. Itu adalah pikiran yang sangat salah. Kamu cukup membawa teman terbaik’mu yang bisa melakukan perjalanan mewah / backpack dan tentunya tanpa urat malu.
Jangan pernah malu bertanya jika kamu travelling ala – ala bacpack gitu dhee, apalagi kedaerah yang masih asing bagi kamu. Terutama kedesa dengan kata depan “Suku”
Perjalanan kali ini cukup panjang karena selain tidak menemukan pesawat direct ke Lombok (start dari Riau), saya dan teman saya, sebut saja TP akhirnya memutuskan untuk ke NTB melalui rute Yogya, maklum sambil menikmati berbagai culture disana, 11-12 semua dapat. So…
Awalnya saya dan teman saya sempat ragu, bahkan sebelum penerbagan kami ke pulau ini. Selain daerah ini tidak kami ketahui, dengan perbedaan waktu 1 jam (Ini sudah masuk WITA), dan bahasa serta sifat masyarakat yang berbeda, deg – deg bangat kan pastinya.
Apalagi kita berdua wanita. Trust me, ga peduli kamu sudah buat plan bagaimana pun dari hari sebelum kamu berangkat, kamu musti prepare diri kamu saat plan kamu melenceng 100%. Hahahaa… Pengalaman yang tidak akan saya lupakan bangat ini.
(aku cuma mau bahas NTB ya, no Yogya in there !)
Berada dikota Mataram. Kota yang terkenal dengan Gili island dan pantai – pantainya yang sungguh mempersona, snorkling dimana saja, kota yang masuk kedalam list wisata internasional plus kota 1000 masjid. Kamu seperti dream come true (if you like to travel), apalagi jika kamu berada dipulau yang jauh bangat. Antara senang dan nyesek sampai ke sini.
But in this post, I’ll specially talk about “Sasak Village” karena ini termaksud salah satu tempat yang ingin bangat saya jelajahi selain pantai.
(Actually pantai masuk ke list sekian karena saya tidak bisa seperti ikan (berenang)).
Kalau kamu dari kota Mataram, menuju desa ini maybe membutuhkan +/- 2 jam dhe kalau kamu kencang (ala Rossie make motor pastinya).
Kondisi jalanan kesini sih masih agak mulus ya buat 1,5 jam pertama.
(tidak semua kata ke perdesaan identik dengan jalanan jelek lho).
After that ?? owghhhh !!!
Siap – siap muntah !!
Eitss, jika kita traveller ala backpacker. Saya saranin kamu jangan belanja di desa pertama yang kamu dapatin.
Karena desa pertama yang saya datangin ternyata hanya desa bagian kecil dari desa aslinya yang agak gede dan yah, they only have 1 toko dengan harga membahana bangat.
Sebelum memasuki desa pertama yang terletak disebelah kanan kalau dari Mataram ini, kamu akan didatangi oleh penduduk desa ini dan menawarkan jasa menemani kamu kedalam (bayar tentunya), gobann coyy gobann (IDR 50k) buat anak backpackeran ini sudah bisa makan 1 hari.
Awalnya sih saya binggung antara iya or engga kan, soalnya ini desa orang, nanti ditangkep kan susah juga. But, at least saya hanya bilang pengen negok – negok saja.
So, kita ga pakai ini pemandu (walaupun entah gimana ceritanya akhirnya dia ikutin kita kedalam).
Yah, kita masuk dan jepret – jepret layaknya anak alay.
(p.s : jangan coba – coba ngelak didesa yang gedenya nanti)
Nah, disini hanya ada beberapa rumah dan sebuah toko yang menjual kain tenunan, ukiran dari kayu mahoni itu sih katanyaaa yahhh.. dan jangan lupa, desa ini terkenal dengan mutiara mereka, yang sangat wajar karena keindahan pantainya saja sudah seperti mutiara.
Picture diatas adalah moment saya yang akan berbelanja dengan harga mahal (berusaha menawar sekuat hati) karena kainnya bagus dan dengan mind bahwa desa ini only one. Trust me,,, kalau anda gagal bernego disini, jangan patah semangat guys..
ps :
Pria dengan pakaian adat ini adalah orang yang awalnya nawarin saya jasa menemani kedalam (tentunya sudah berhasil saya tolak) dan tiba – tiba dia muncul sebagai salah satu penerjemah dengan bisikan dan anggukan kepada pemilik toko. (maybe : mereka ini traveler tidak bermodal) LOL.
Uniknya masyarakat disini rata – rata memiliki mata pencarian menenun, khususnya ibu – ibu, dan mitosnya adalah, anak perempuan didesa ini dikatakan sudah layak menikah jika sudah bisa menenun. WOW.
Ditengah kegalauan tidak bisa berbahasa daerah mereka (bahasa sasak) akhirnya datang seorang anak gadis nan baik yang bisa berbahasa indonesia dan yang akhirnya menemani kita sampai ketokonya.
(ini lho namanya diarahkan bermodus (saya sudah jadi korban makanya saya berbagi disini)). Kita kira desa ini memang kecil dan only one.
Note :
Akhirnya saya membeli satu pajangan yang saya bilang sudah berdebu, dan membutuhkan 10 menit buat memelas kepada Ibu ini agar dia memberikan mainan ini kepada saya dengan harga yang yahh, kalau dikota saya bisa buat makan 2 hari sih.. 😆
p.s :
Didesa ini juga menjual kain yang halus’nya luar biasa karena dikerjain sendiri. Dan tentunya membutuhkan waktu antara 2 sampai 1 minggu tergantung perpaduan warna yang diinginkan. Karena buatan sendiri dan berasal dari bahan alami, tidak heran kamu akan diberikan harga mahal jika ingin membeli.
Katanya sih kain yang dibeli disini semakin dicuci bukan semakin pudar, malah warna’nya semakin cantik. WOW bangat. You should have one lah kalau uda kesini yah. Yukkk cusss ~
Tidak jauh dari sini, dengan mata saya yang kecil – kecil tapi masih lumayan buat lihat kiri – kanan. Saya seolah melihat ada tulisan Sasak Village (again !).
Bukan seperti desa pertama dengan tulisan “Desa Wisata Sasak Village”.
Ini agak aneh, tapi saya memutuskan untuk mengajak TP memutar arah, dan yah. Kita sampai ke Desa Sasak asli yang sudahhhh tuaaaa dan lebih gedee, dagangannya banyak karena memang keahlian mereka berdagang hasil tenunan dan ukiran, dan disinilah penyesalan saya dimulai. LOL

Beda kannn… lebih padat kann…. ini yang asli lhoo ini…
Sampai diparkiran, kita kembali didatangin salah satu masyarakat desa ini. Nah, yang kali ini saya pakai dia karena dia hanya bilang “sukarela”.
Backpacker itu kalau uda denger biaya suka hati pasti dengan sukarela juga kasihnya kan.
Yukk intip kedalaman suku sasak sebenarnya disini.
(yang tadi hanya sekilas) karena desa yang besar adalah disini, dan sudah ada turun temurun. yang asli disebelah kiri yaaa dengan perbedaan sekitar 5 menit pakai motor.
Nama yang benar adalah “Desa Sade”.
Nah, sukunya yang “Sasak”. jangan pernah bilang ini “Desa Sasak” seperti yang saya katakan diatas yah.
(ini ilmu’nya saya dapat dari desa asli ini / pemandu)
Desa Sade ini rata – rata punya rumah model begini. dempet dan kecil. Kalau kamu bertanya “Mana kasurnya ?”
Sampai kapanpun kamu tidak akan menemukan kasur didesa ini. Karena rumah ini dibuat dengan mengunakan tanah liat, tidur mengunakan tikar dan untungnya listrik sudah mulai ada disini, kalau engga yah penerangannya pakai lilin.
Tidak ada TIVI, apalagi AC. Dan diatas rumahnya adalah lumbung padi, tempat persediaan makanan mereka dan bisa dibilang harta mereka kali yah.

Ini dia bagian dalam rumah mereka. Semua asli dari tanah. Saya foto ini diam – diam karena hanya dikasih masuk buat lihat. dan saya tidak menemukan kasur, karena heran saya bertanya dan sadar kalau ternyata mereka tidur itu disini mengunakan tikar.
Tidak perlu meja makan seperti kita, tidak perlu ruang tamu. All in One jelasnya. dan mereka enjoy their life koq. Hidup sederhana itu bisa buat bahagia juga kan ?
Suku Sasak ini rata – rata beragama Islam, dan keahlian mereka adalah menenun. Mengisi waktu mereka dengan membuat kain hasil tenunan mereka dan menjualnya kepada para pengunjung. kamu bisa menemukan berbagai jenis kerajinan tangan didesa ini dan mulai’lah menawar dengan harga yang kamu sanggupi. Jika oke kamu akan dikasih. But if not. yah,, gigit jari aja yah.


Ini dia, Ibu ini sudah tua kan, tapi masih menenun. dan semua yang ada dibelakangnya adalah hasil tenunan dia. Warna yang alami dan bahan yang alami serta hasil tangan sendiri. Kamu patut punya satu minimal. Kalau menurut kamu hanya sehelai kain syal. Buat saya ini syal bakalan punya ceritanya sendiri.
Suku Sasak juga punya tradisi sendiri, jika biasanya kamu ingin mengajak nikah anak orang, pasti kamu lamar bukan ? Nah, disini melamar malah dianggap tidak sopan terhadap keluarga mereka.
Kamu harus “menculik” anak gadis mereka lho. Baru kamu boleh nikahin. Nah lhooo, hayoo yang suka diculik.. hahaha..

Coba lihat gurita yang digantung ini. Kalau kering pasti enak bangat dhe ya. haha… Udah pakaiannya hasil alam, makanannya pun hasil alam. Jadi pengen bangat kan hidup didesa ? Damai dan tidak sibuk dengan yang namanya gadget.
Suku Sasak merupakan salah satu suku yang masih ada hingga saat ini dan hanya bisa kamu temui di Lombok. Adat dan bahasa mereka lain sendiri. Kamu jika berkunjung kesini, pastikan pakai bahasa indonesia yang baku dan sopan tentunya yah. dan jangan lupa sedikit beramal buat biaya pembagunan desa mereka. Karena masih banyak ditemukan dimana 1 rumah kecil itu bahkan dihuni hingga 5 kepala keluarga. Bayangin kita tidurnya gimana coba.
Soooo.. make sure kamu masukan Desa Sade dalam list wisata kamu yah. Kamu tidak akan bisa menemukan kain syal yang lebih halus selain disini karena ini asli dari bahan alami dan ditenun sendiri (sales mode on).
TIPS, SARAN AND OPINI WRITER BELOW :
1. Kalau kamu ke Mataram, kamu usahakan punya kendaraan sendiri (sewa maksudnya), tidak disarankan bangat sewa mobil karena jalanan susah dan kamu bisa kelewatan banyak tempat menarik. Motor aja seru sih, perjalanan kamu cepat, aman dan tempat aneh pun bisa kelihatan sama kamu. (Kamu bakalan jumpa banyak bule make motor too) xD
2. Didesa pertama, kamu tidak perlu dipandu karena itu hanya sekitar 20 rumah. tapi kamu bisa beramal dikotak amal yang ada didepan pintu masuk, jangan lupa juga mengisi buku kunjungan yang ada yahh.. Walaupun kita backpack, membantu itu tetap nomor 1.
3. Di desa Sade asli, kamu ga bisa ngelak dan wajib dipandu karena banyak rumah (termaksud rumah kepala suku), kasih seikhlas kamu yah. Kalau kamu merasa dia good dalam memandu dan memberikan ilmu, yah agak banyak, kalau biasa aja, yahh semampu kamu saja.
4. Pastikan kamu menawar setiap kamu mau beli something there. But, Saya sih nawarnya disesuaikan dengan kondisi penjual. Kalau uda tua bangat yah, kita make hati juga nawarnya kan ? be wise ya guyss.
5. Kalau ga mau nyesal kesini, kamu beli hasil tenunan mereka dan cobalah mengunakan alat menenun mereka. Menyenangkan sekali lho, dan syal yang mereka jual itu hangat bangat kalau kamu pakai. Makin dicuci makin bagus. beda bangat sama buatan pabrik deh.
6. Buat kain hasil tenunan,, mereka buka harga minimal IDR 300K. Nah. enjoy your skill nego – nego yah. Buat gantungan murah sih IDR 10k kamu bisa dapat 3 sampai 4 jenis. Kecuali pajangan hasil kerajinan tangan. Skill kamu sebagai sales dibutuhkan disini.
Extra note :
Penasaran apa saja yang tersembunyi di NTB ? Jangan lewatkan berbagai artikel yang akan dipost berkala disini ya guys. Nih sedikit bocoran keindahan NTB 👇👇👇
Beautiful, right ?
Saya akan membahas perjalanan saya menjelajahi NTB ini as soon guys.