[04] SABAR

0

Meski semua sudah tidak sama. selalu ingat bahwa dulu dia bisa melakukan hal yang lebik baik.

Spread the love

2017 lalu, aku masih ingat jelas kondisi itu. Kondisi dimana mamaku tidak mau terbangun dari tidurnya sementara pemeriksaan dokter menunjukan hasil yang selalu bagus. Hari itu juga merupakan hari pertama aku menangis tersedu. Bukan hanya aku, tepatnya abangku dan juga papaku begitu.

Kami seolah tidak memiliki petunjuk akan apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai cara dan perawatan kami lakukan. Termaksud mencari orang pintar. Sekilas memang terdengar begitu bodoh. Tapi itulah kami, segala upaya agar mama kami bisa kembali bersama kami.

Kesembuhan akhirnya datang, meskipun setelah itu terjadi berbagai hal yang sudah tidak pernah sama lagi sebelum sakit. Semakin hari, kondisinya semakin memburuk. Bukan secara fisik, melainkan secara berpikir.

Kata “sabar” menjadi makanan kami sehari – hari. Entah itu abangku, papaku ataupun aku.

Jujur saja, aku bukan tipe sabar yang bisa sesabar – sabar itu meskipun aku tahu bahwa aku tidaklah boleh marah. Aku tidak marah, tetapi aku begitu kesal karena perkataan yang diucapkan mamaku cenderung kearah yang negative.

Dia mulai suka curiga pada papaku. Aku tidak menyalahkannya, mengingat pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Namun kurasa, jika setiap hari papaku selalu mendengar bahwa dia dituduh berselingkuh setiap keluar rumah, jangankan papaku, kami saja bisa muak mendengarkannya.

Perasaan amarah karena cemburu semakin hari semakin memakan dirinya. Hingga dia kembali masuk kerumah sakit. Kupikir penyusutan otaknya akan menghilangkan sebagian ingatannya, khususnya ingatan negative.

Bukan aku bermaksud durhaka ataupun jahat. Aku rasa kami sudah terlalu lelah mendengarkan hal tersebut. Setiap kali keluar, setiap kali kata selingkuh. Dan tidak hanya berhenti sampai disitu, dia akan ikut keluar. Dia mencari cara untuk bisa keluar dari rumah. Meskipun kita memberitahunya bahwa itu berbahaya, dia tetap bersikeras untuk keluar. Lalu dia akan marah.

Dia akan marah dan diam ketika keinginannya tidak tercapai. Dia mulai merasa kami mengurung dirinya.

Pokoknya, dia hanya ingin suaminya terus berada disampingnya. Tidak melakukan hal apapun tanpa dirinya dan duduk bersamanya setiap hari, berbagi cerita dll.

Aku tahu, mungkin sebagai anak aku harus mendampinginya juga. Tapi aku sadar bahwa aku tidak memiliki kesabaran yang sempurna untuk terus mendengarkan perkataan yang dipenuhi dengan kebencian seperti itu setiap harinya.

Aku ingin menghabiskan waktuku untuk berbagi cerita lucu, bukan sebuah cerita yang dipenuhi kebencian or berada disisinya, berusaha keras melarangnya untuk keluar rumah.

Bukan aku tidak mau keluar bersamanya, kemanapun aku pergi bersamanya, hal yang diceritakan hanyalah wanita selingkuhan itu. yang aku sendiri tidak tahu apakah hal tersebut benar adanya atau tidak.

Sabar…

Semua yang berada disekitarnya harus selalu sabar..

Mungkin kesabaran kami berbeda.

Aku terkadang keluar dari rumah tapi aku tidak membentak. Berbeda dengan 2 keluargaku yang tersisa dirumah. Mereka mungkin bisa bersabar, tetapi terkadang mereka membentak penuh amarah.

Ya, sabar…

Aku akan bersabar dan menenangkan pikiranku sendiri dengan cara yang berbeda.

Dan berharap bahwa semuanya akan baik – baik saja.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights