Sudah tiga hari aku duduk dipojokan ini sambil melihat mamaku berusaha tenang dan beristirahat diatas ranjang itu. Dengan jarum infus yang masih tertancap ditangannya, dia terlihat belum bisa tidur tanpa bantuan obat.
Sesaat kupandangi wajahnya, beberapa saat kemudian kupandangi layar ponselku. Ada perasaan iba sekaligus sedih setiap kali aku mengingat realita ini. Tidak mungkin dibiarkan, dan tidak mampu menahan terlalu lama. Perasaan ini berkecamuk liar didalam dada dan tidak tahu harus bagaimana mengutarakannya.
Aku mengharapkan perkembangan pesat dari dia, meskipun terlihat lambat, aku sadar bahwa dia sebenarnya sudah berusaha keras melakukannya. Bukan keinginannya juga berada diatas ranjang itu. namun karena kerapuhan usia dan keterbatasan diri, dia akhirnya menyerah akan kondisi.
Pedih mataku melihat perjuangannya. Aku tidak mampu mengungkapkan rasa sakit yang berbeda ketika aku membandingkan pandangan didepanku dengan apa yang terpampang diponselku. Sebuah foto berisi Salinan rincian biaya perawatannya terpampang nyata didepanku. Dan aku harus menyelesaikan kewajibanku dengan baik tentunya.
Bukannya aku tidak tahu diri atau apalah dikata orang. Aku hanya merasa bahwa dikala kondisi begini merana, kenapa masih ada tangan – tangan jahanam yang terlihat secara sengaja memperkeruh suasana. Sebuah tempat pelarian dikala kita bertaruh nyawa, kini terlihat sebagai tempat menyerahkan nyawa.
Bukan menjelekkan, namun logika tidak mampu membandingkan apa hasil yang diberikan dengan apa yang ditagihkan.
Aku sadar bahwa aku membutuhkan tempat pelarian ini. Aku tidak mungkin tega melihat seseorang yang telah membesarkanku harus terbaring tidak berdaya diatas sebuah kasur lapuk didalam rumah. Aku berusaha memberikan yang terbaik yang kumampu, namun kadang perlakuan orang membuatku diam terpaku.
Setelah melewati perjalanan selama 3 hari belakangan ini, aku kian hari kian menyadari bahwa terkadang, seseorang yang begitu dekat dengan kita bukanlah tempat bagi kita untuk mengantungkan diri. Apapun yang terjadi, selalu ingat bahwa kita harus menjadi pribadi yang mandiri.
Kupikir awalnya hanya tempat pelarian saja yang tidak mau mengerti, tapi kini aku sadar bahwa terkadang, orang yang kita anggap penting juga tidak peduli. Orang yang kita anggap biasa saja malah menjadi orang yang paling mengerti.
Lewat beberapa kata sederhana dari bibirnya sebelum terlelap, meskipun terbata dan terbatas kata. Aku menyadari bahwa kadang orang hanya menilai dari apa yang tampak didepan mata mereka. orang hanya memperdulikan apa yang dimiliki dan orang hanya akan bersimpati kepada mereka yang dianggap berada ditingkatan yang sama.
Ah, mulai hari ini. Aku akan menjadi pribadi yang lebih mandiri. Karena aku tidak akan bergantung dengan mereka yang terlihat baik namun jahanam. Dan aku berdoa, agar dia yang berharga bagiku bisa cepat melepaskan diri dari sini. Dan semoga aja semua yang berbaik hati padaku akan selalu diberkati.