Wow, never watching korea movie in the cinema and this one is the first because I was curious bangat sama traillernya.
Eits, buat kamu yang bukan kristiani bangat or bertentangan sama agama itu, disarankan untuk tidak menonton film ini ya meskipun kamu begitu mencintai pemainnya.
Airing pada August 14, 2019 lalu. Film korea satu ini memakan durasi hingga 120 menit+. termaksud panjang buat kategori action horror meskipun perpaduan ceritanya kurang mengasyikan.
Cerita diawali oleh kematian ayah Yong Hoo saat bertugas sebagai polisi.
Dia yang saat itu begitu percaya kepada pastor berdoa sepanjang malam memohon agar ayahnya selamat. Kematian ayahnya membuat dirinya begitu membenci kristus dan secara ajaib juga, tangan Yong Hoo memiliki luka yang akhirnya diketahui adalah Stigmata, luka yang didapat Yesus ketika dia disalibkan.
Kebencian Hoo berubah saat dia mulai bertemu dengan pastor Ahn. Dia menyelamatkan pastor tersebut dan perlahan hati kecilnya terpanggil untuk membantu pastor itu dalam membantu orang – orang yang dicengkram oleh pastor kegelapan.
Berjalannya waktu, Ji Shin melukai pastor Ahn dan sekali lagi membuat Hoo berada pada kebimbangannya untuk menjauhi Tuhan atau kembali berdoa padanya.
Well, film ini tidak dijelaskan sosok Hoo yang kembali mempercayai Tuhan, tetapi dia mampu mengalahkan Shin dalam wujud sempurna. Bukan seperti pastor Ahn yang mengusir iblis dengan membacakan doa dari alkitab, dll.
Dengan kekuatan stigmata dan tetap pada keegoisannya tidak mempercayai Tuhan, Hoo berhasil mengalahkan Shin dan menyelamatkan nyawa Ahn.
Awal cerita film ini bisa dikatakan bagus. Berjalannya waktu, scene mulai pada situasi yang mencekam dimana Hoo berperang dengan dirinya sendiri terhadap keyakinannya.
Bagaimana pastor Ahn berusaha menyelamatkan orang – orang juga menjadi bagian terbaik dalam movie ini. Namun pada ending finale, film ini seolah berubah menjadi film hulk vs superhero.
Well, not really bad at all.
Here the nice quote from this movie :
“Orang bisa begitu membenci karena mereka pernah mencintai dan mempercayai dengan sungguh – sungguh.”
