[01] TELANJANG

0

How I am feel ?

Spread the love

Aku duduk didepan kursi tunggu dan jantungku serasa berhenti berdetak beberapa saat.

Kupandangi wanita didepanku yang kini tidur dan terkulai tidak berdaya.

Masih kuingat dengan jelas kejadian 45 menit lalu.

Aku ingat ketika aku menghempaskan sepatuku sembarangan dan berlari dengan kencang kedalam kamar tidurku.

Aku melihat wanita itu terus tidur sejak pertama kali aku membuka mata pagi hari dan kini dia sudah mengenakan pampers sebagai penganti celananya.

Kudengar seorang pria berkata padaku, bahwa dia tidak tahu bahwa dirinya sedang pipis dan buang air besar.

Tanpa berpikir panjang, segera kukenakan maskerku dan kubasuh bekas kotoran itu.

Kami, yang berada dikamar itu berusaha keras membersihkan dirinya yang terus meronta penuh amarah karena merasa terganggu atas kehadiran kami.

Sekian lama berusaha, akhirnya sebuah baju dan celana berhasil dikenakan meskipun asal – asalan. Dibalut oleh hangatnya jaket dan ditutupi oleh sesaknya masker, kami menopang tubuhnya yang begitu lemas kedalam mobil.

Kami menempuh hari hujan tanpa memikirkan diri kami, karena hal yang paling utama sore itu adalah wanita itu, wanita yang tidak lain adalah mamaku.

Lamunanku terhenti ketika seorang suster menghampiriku dan memintaku mengikutinya. Sepanjang lorong itu, tatapanku begitu kosong. Pikiranku melayang jauh dan aku memendam berbagai macam perasaan didalam lubuk hatiku.

Tak ingin terlihat sedih, namun terlalu lelah untuk bersikap selalu kuat. Itulah perasaanku saat ini.
Ada sekilas teriakan amarah yang berhamburan keluar ketika perjalananku menuju rumah sore tadi. Ketika derasnya hujan mulai menghantam kendaraan kecilku, disanalah teriakan amarah itu terlontar bertemankan air dari pelupuk mata yang selama ini berusaha kutahan.

Kuperhatikan sekelilingku, begitu sepi akan penghuni. Kenapa disaat begini aku menjadi salah satu penghuni disini ? Tempat yang aku sendiri enggan melangkahkan kaki kembali setelah 2 tahun berpisah.

Kini aku berada disebuah ruangan bersama mamaku. Ketika lampu diruangan ini kumatikan, dan dia terus terbaring tidur tanpa tahu apa artinya makan dan minum. Aku mulai memandangi cerminan diriku. Aku tahu bahwa disaat begini bersikap positive adalah hal yang paling dibutuhkan.

Kutatapi diriku sendiri begitu lama. Aku tidak berkedip. Meskipun tubuhku dipenuhi oleh berlapis – lapis baju besertakan jaket, aku malah merasa telanjang.
Aku merasa telanjang karena tidak bisa melakukan apapun baginya. Aku merasa telanjang karena aku tidak tahu apa yang dia rasakan selain ingin tidur dan marah ketika berusaha diajak berbicara.

Ya, aku telanjang karena aku merasa malu akan keadaan. Ketika semuanya baik – baik saja, tidak pernah tersisa sedikitpun waktuku untuk sekedar berbicara dengannya. Kini dia hanya terbaring dan aku seolah menunggu keajaiban kembali menghampiriku.

Aku melihatnya tidur dengan pulas meskipun ada kerutan didahinya. Dan entah kenapa, perasaanku untuk ikut terlelap terasa menakutkan saat ini. Meskipun aku harus menahan kantuk untuk memperhatikan setiap hembusan nafasnya, rasanya itu hal yang lebih baik kulakukan. Aku tidak ingin telanjang untuk kedua kalinya. Telanjang karena untuk menahan kantuk saja tidak bisa.

Aku tidak ingin lelapku menjadi hal terakhir bagiku untuk melihat hembusan nafasnya.
Setidaknya aku ada disini, meski aku tidak pernah ada disana ketika dia baik – baik saja.
Kini aku disini.
Ya, aku duduk disini.
Didekatmu, meski tidak kamu sadari lagi.
Aku akan tetap disini.
Menunggumu kembali menyadarkan diri.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights