CHAPTER EIGHT : IN THE OLD HOUSE

0

Mayat yang dikabarkan menghilang selama 10th itu kini ditemukan kembali oleh Dave.
Dan sebelum dia sempat memberitahu orang lain, sesuatu yang buruk menimpa Dave seketika !

Spread the love

Dave melihat sebuah rumah tua yang tidak jauh dari café uncle Jon.
Meskipun dia tidak suka bergossip, dia tahu bahwa rumah itu adalah rumah milik Audrey dan ayahnya.
Café uncle Jon sendiri sudah tutup sejak 10th lalu ketika kematian Audrey menjadi misteri. Sejak peristiwa itu juga, tidak ada orang yang mau tinggal disekitar sana. Terutama dimusim dingin seperti ini.

Dave mulai memelankan langkahnya dan membiarkan Nana berada agak jauh didepannya. Mungkinkah Nana ingin mengajaknya kerumah tua milik Audrey ? dia mulai bergesik, badannya mulai berkeringat dibalik mantel yang tebal itu.

Nana menghentikan langkahnya dan melihat Dave sambil tersenyum lebar.
“Apakah kamu takut ?”
“Kata siapa ?!”

Dave berusaha terdengar tenang.
Diam – diam dia menyesali kebodohan dirinya karena tidak memaksa Nana memberitahu tujuan mereka.
“Kalau kamu berhenti disini, aku akan memberitahukan seluruh anak disekolah bahwa seorang ahli game kalah dengan orang yang baru pertama kali bermain game lho.”
“Siapa bilang aku berhenti !”

Rumah lama Audrey

Nana tersenyum, dia kembali berjalan menuju rumah tua itu dan Dave mengikutinya dengan cepat. Dia tidak ingin kehilangan muka didepan teman gamenya.
Harga dirinya lebih besar daripada ketakutannya.

Mereka terus berjalan dan sampai didepan rumah Audrey yang tampak tidak terurus sama sekali.
Tidak ada tanda – tanda perapian menyala.
Cerobong asapnya juga tidak menghasilkan uap sama sekali.

“Aku tidak mengerti buat apa kamu membawaku kesini.”
“Shut.. diam dan masuklah. Aku akan menunjukan sesuatu padamu.”

Nana lalu mengeluarkan sebuah kunci dari saku kanannya dan memasukan kunci tersebut kedalam lubang pintu didepannya. Derakan keras terdengar ketika pintu itu mulai terbuka dan bau jejamuran langsung menghambur keluar dari dalam rumah itu. Dave dapat melihat dengan jelas beberapa sarang laba – laba yang sudah mulai bertumpuk dipojok atas pintu itu. Nana lalu mempersilakannya masuk terlebih dahulu.

Dengan sedikit keraguan, Dave melangkahkan kakinya kedalam. Dinding – dinding didalam rumah itu mulai terkelupas. Dia bisa melihat foto – foto kecil Audrey tercoret dengan tanda silang berwarna merah.

Dan dipojokan dekat pintu itu, dia melihat sebuah syal merah yang tergantung dengan rapi. Warnanya terlihat baru. Berbeda dengan barang – barang lainnya didalam rumah itu. seseorang masih tinggal didalamnya, batinnya kuat.
“Kearah sini.”

Cat dinding didalam rumah Audrey sudah mulai terkelupas, dan foto Audrey dicoret. Ada sebuah syal yang baru disana.

Mereka melewati dapur, ruang tamu dan kamar – kamar kosong lainnya. Nana berhenti didepan sebuah rak buku tua diujung rumah itu. Nana mengeser beberapa buku yang berada didalam rak dan tidak dibutuhkan waktu lama, rak itu terseger kekiri. Membuka sebuah lorong rahasia jauh kebawah tanah.

Udara pengap tercium oleh Dave. Dia semakin ragu akan setiap langkahnya. Dia memperhatikan Nana yang sibuk mencari penerangan didekat rak tersebut. Setelah Nana berhasil mendapatkan penerangan, mereka berjalan turun kebawah lorong itu. mereka melewati tangga – tangga yang sudah dipenuhi oleh lumut yang tebal. 

Dave tidak pernah mengira rumah sekecil itu akan memiliki sebuah ruang rahasia dibawah tanahnya. Tepat diujung lorong itu, ada sebuah pintu besi yang tampak terawat dengan baik. Nana lalu mengeserkan tubuhnya kesamping dan mempersilakan Dave untuk membuka pintu tersebut.
“Ini adalah hal yang ingin aku tunjukan padamu. Finale stage. Buka pintunya Dave”

Sebuah lorong rahasia terbuka ketika Nana selesai mengeser beberapa buku didalam rak tersebut.

Dave menelan ludah beberapa kali dan menarik tuas pintu itu. Meskipun Dave takut, rasa penasarannya telah mengalahkan ketakutannya sendiri. Deritan karat pintu terdengar begitu kuat dari bawah sana. Dia membukanya dan terdiam melihat pemandangan didepannya. Ruangan itu dipenuhi oleh lilin – lilin yang masih menyala. Dinginnya udara tidak lagi menganggunya didalam sana.

Dia berjalan kedalam dan tersentak kaget ketika dia melihat foto besar yang terpajang disana. Foto Audrey yang sedang tersenyum dengan syal merah dilehernya. Dia lalu melihat ujung foto itu. Sesuatu yang terbalut kain putih berada diatas sebuah meja dengan symbol – symbol yang tidak dia mengerti.

Dia memberanikan dirinya mendekati bungkusan itu dan betapa ketakutannya dia ketika melihat sosok itu adalah tengkorak dengan syal merah dileher dengan beberapa helai rambut yang masih tersisa diatas kepalanya. Itu adalah mayat Audrey yang dikabarkan menghilang !

Dia menutup mulutnya, pipisnya keluar begitu saja. Ketika dia membalikkan badannya dan bersiap untuk lari, sesuatu menetesi wajahnya dari atas. Dengan penuh ketakutan dia memandang keatas dan dia menjerit histeris.

Dia melihat Andrew dan Mario tergantung diatas sana. Tidak bernyawa dengan mata mereka yang terbuka lebar. Dia panik, dia berusaha mencari Nana namun dia sudah menghilang. Dia lalu berlari sekencang yang dia bisa dan segera meninggalkan ruangan terkutuk itu.

Dave masuk kedalam altar. Dia melihat mayat Audrey yang telah menjadi tengkorak berada diatas altar itu.

Dia melewati syal merah itu dan terus berlari kepintu depan dengan penuh ketakutan.
Pintu itu terkunci ! Dia berusaha mendobrak pintu itu sambil mulai berteriak meminta pertolongan. Pintu itu tidak terbuka sama sekali. Tidak ada seorangpun yang berada disekitar sana.

Dia terus berteriak dan tangannya dengan kuat menghantam kaca – kaca disana. Dari balik kaca, dia bisa melihat sosok seorang lelaki yang berdiri dibelakangnya dengan kapak ditangan.
Dia tahu itu Max !
Ayah Audrey yang dikabarkan telah menjadi gila dan mengurung diri dirumah sejak meninggalnya Audrey.

Dia mengambil bingkai foto yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri dan segera berbalik tepat ketika Max mengayunkan kapaknya dengan keras dan memotong 3 jari Dave seketika.
Muncratan darah memenuhi ruangan itu. Dave berteriak keras. Bingkai kaca itu terjatuh dan Dave tersungkur didekat pintu.

Max kembali mengangkat kapaknya dan dengan tenaga yang ada, Dave berhasil menghindari hantaman Max. Kapak tersebut memotong engsel pintu tersebut. Ketika Max sibuk mencabut kapaknya, Dave memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong Max, membuatnya terjatuh dan segera berlari keluar dari rumah itu sambil berteriak histeris. Darahnya terus mengalir, membuat salju – salju itu berubah warna seketika menjadi merah.

Dia berlari kedalam hutan sambil memegangi jarinya yang telah putus dan terus menjerit meminta pertolongan. Ditengah ketakutannya, dia melihat sosok mamanya. Pasti mamanya cemas dan mencarinya hingga kesana. Dia selamat !

Tanpa berpikir panjang dia berlari kearah wanita itu dan segera memeluknya dengan erat. Dia mulai menangis dengan kencang dan menceritakan apa yang terjadi.

Ketika dia ingin memperlihatkan jarinya yang telah putus pada mamanya, dia mendengarkan suara tawa Max dari belakangnya. Dia melihat Max yang sudah menyusulnya. Kapak ditangannya masih dipenuhi noda darah dari jarinya. Tanpa berpikir panjang dia mengambil langkah seribu dan menarik mamanya untuk lari bersamanya. Wanita itu tidak bergerak dari tempatnya.

“Mom !”

Wanita itu tidak menjawab.
Ketika Dave benar – benar berhenti dan memperhatikan wajah wanita itu.
Perlahan wajah itu mulai meleleh. Itu bukan mamanya !
Itu adalah sesuatu yang jahat ! Dan sebelum dia sempat berteriak dan berlari,
Sosok itu membuka lebar mulutnya dan semua pemandangannya menjadi gelap.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights