Bread and Love

0

Ketika kamu sibuk mengejar impian dan hal yang lebih baik daripada yang kamu miliki, kamu lupa akan artinya berbagi.

Spread the love

Angin malam terasa begitu menusuk tulang, hujan deras akan turun sebentar lagi.
Dari kejauhan seorang gadis kecil berlari – lari dengan cepat melewati toko – toko yang berjejer disepanjang jalanan.

Dia masuk kedalam salah satu gang disamping toko roti yang terkenal dan terus berlari. Gang itu membawanya sampai kebagian belakang toko roti yang dia lewati dan disana terdapat sebuah rumah – rumahan kecil yang terbuat dari sisa – sisa seng dan dilapisi oleh terpal – terpal spanduk bekas toko roti didepannya.

Ya, rumah kecil itu berdiri tepat ditanah kosong milik toko roti itu. Toko Roti Vanny.
Tanah tersebut dijadikan sebagai tempat mereka membuang sampah hasil produksi sehingga tidak akan ada orang lain yang akan kesana selain petugas sampah pagi hari.

Namanya Tina, dia hidup sebatang kara karena kedua orangtuanya sudah meninggalkannya sejak dia berusia 7th

Awalnya Tina tidak hidup sebatang kara. Namun karena kebiasaan papanya yang suka mabuk dan mamanya yang suka bermain judi akhirnya membuat kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah.

Tina yang awalnya harus bersama mamanya akhirnya diusir oleh papa tirinya dan mamanya hanya memberikan dia sedikit uang lalu meninggalkannya begitu saja. Sungguh tidak akan ada anak seusia Tina yang kuat untuk menjalani kehidupannya.

Awalnya Tina sempat dipukuli oleh security toko vanny yang berjaga disana karena dia dikira pencuri. Tina yang saat itu tidak mampu melawan akhirnya meluluhkan hati security tersebut.

Kisahnya menyebar dengan luas kepada seluruh kalangan karyawan yang bekerja disana. Dibangingkan melaporkan Tina kepada polisi atau menyerahkannya kerumah panti asuhan, mereka memutuskan untuk membantu Tina berjuang.

Mereka memilih untuk saling diam dan perlahan saling membahu untuk membangun sebuah rumah kecil bagi Tina ditanah tersebut.
Meskipun setiap hari harus ditemani oleh aroma yang tidak sedap, Tina tidak pernah mengeluh, dan ajaibnya dia tidak pernah meminta sisa makanan kepada karyawan disana. Hal ini menjadi rahasia kecil karyawan toko vanny dan Tina disana.

Terkadang, saat ada karyawan yang mengadakan ulangtahun ataupun saat mereka memiliki produk sisa yang masih layak dimakan, mereka akan memberikannya pada Tina.
Sehari – hari Tina tidaklah bersekolah, dia adalah gadis kecil yang sering berada dijalur bus kota dan berprofesi sebagai penjual koran dan penyemir sepatu disana.

Ada kalanya dia dipukuli dan diganggu oleh preman lainnya disana, namun security stasiun selalu menyelamatkannya dari amukan para preman.
Begitulah perjalanan kehidupan Tina sehari – hari.

Malam itu dia pulang lebih cepat dari biasanya karena takut kehujanan. Lampu toko didepan masih menyala. Cahayanya cukup untuk membantu Tina melihat – lihat gambar yang ada dikoran bekas sisa jualannya.

Tina tidak begitu pandai membaca karena tidak pernah diajari, namun dia pandai berbicara dan mampu mendengarkan dengan baik.
Jika toko sudah tutup, terkadang security disana akan menghampirinya dan mengajaknya bercerita, terkadang Tina juga meminta mereka untuk mengajarinya membaca.

Angin dingin terus menerpa malam itu. Tina yang biasanya tidak makan malam mulai tidak tahan dingin karena perutnya yang masih kosong. Dihitungnya sisa uang yang dia miliki, cukup untuk sebuah roti selai cokelat ditoko tersebut.

Melalui berbagai pertimbangan, akhirnya dia bangkit berdiri dan berjalan kepintu belakang toko roti tersebut. Salah satu karyawan yang bekerja disana melihatnya dan membukakan pintu bagi Tina.

“Ada apa dek ?” tanya karyawan toko tersebut ramah.
“Roti cokelat satu kak.” Tina menyodorkan recehan yang berhasil dia kumpulkan dari jual koran sehariannya.

Sehelai baju tipis dan sebuah jaket kulit yang kasar berpadukan celana jeans yang kedodoran dibadan Tina membuat karyawan tersebut prihatin akan gadis kecil tersebut malam itu.

Jika dia memberikan roti kepada Tina secara gratisan, pasti gadis tersebut tidak akan datang lagi ketoko itu, pikirnya.
Diambilnya uang recehan Tina dan meminta Tina menunggu sebentar.
Tidak dibutuhkan waktu lama karyawan itu kembali dengan sebuah roti sesuai permintaan Tina dan diberikannya kepada Tina.
“Makan yang lahap ya, cuaca dingin.” Karyawan tersebut tersenyum hangat pada Tina.

Tina segera meraih kantong tersebut dan berlalu dari toko. Dia berjalan dengan semangat melewati gang dan berniat untuk duduk disalah satu kursi umum tidak jauh dari toko vanny malam itu.

Meskipun angin kencang, Tina tetap tidak akan makan didalam rumah kecilnya karena takut akan meninggalkan aroma bagi tikus. Itulah alasan kenapa Tina duduk dikursi umum malam itu.

Langkanya terhenti saat dia melihat seorang pria paru baya duduk sendirian diujung kursi tempat yang akan dia tuju.
Dengan sebuah jaket biasa dan jeans seperti yang digunakan oleh Tina, pria tersebut duduk disana dengan pandangan kosong.
Wajahnya terlihat begitu sedih.
Pasti dia lapar, pikir Tina.

Tanpa keraguan dan tanpa banyak berpikir, Tina berjalan pelan mendekat kearah pria tersebut.
Tina duduk disamping pria tersebut dan mulai membuka rotinya.
Pria tersebut tidak menghiraukannya disana.

Begitu terkejutnya Tina saat dia mendapati bahwa roti yang diberikan adalah roti ayam.
Saat ingin mengembalikannya kepada karyawan toko, sebuah catatan kecil jatuh kelantai, Tina memunggutnya dan berusaha membacanya namun tidak jelas.
Pasti karyawan tersebut menyuruhnya untuk memakan roti tersebut.
Dia melipat kertas tersebut dan menyimpannya dengan baik disalah satu saku jaketnya.

“Ini buat bapak.”
Sebelah roti ayam tersodor dari tangan kecil gadis tersebut didepan hadapan pria tersebut.
Awalnya pria tersebut tampak begitu terkejut, lalu menerima pemberian roti dari gadis itu tanpa keraguan sambil tersenyum kaku.

“Kamu tampak lebih susah daripada saya, dan kamu pasti lapar. Kenapa kamu membagikan roti kamu yang hanya satu tersebut pada saya ?” tanya pria itu.
“Karena bapak terlihat begitu kesepian dan sedih, pasti bapak lapar.” Jawab Tina polos.
Pria itu hanya tertegun mendengarkan jawabannya.

“Kalau saya menunggu saya kenyang baru berbagi kepada bapak, maka saya tidak akan pernah membagi makanan saya, karena saya tidak akan pernah merasakan kenyang.” Lanjut Tina.

Seketika mata pria tersebut berkaca – kaca, pria tersebut memandangi roti tersebut dan kesedihan diwajahnya perlahan mulai menghilang.

“Roti vanny ini pasti akan membuat bapak kenyang meski hanya setengah karena kita makan bersama pak. Yuk makan.” Ajak Tina.

Mereka menghabiskan roti ayam tersebut dengan lahapnya malam itu.
Setetes air mulai jatuh ditangan Tina tidak lama kemudian.
Tina bangkit berdiri dan bersiap kembali kerumahnya.

“Ah, aku harus segera pulang. Sebentar lagi akan hujan deras. Akan jadi masalah jika aku sampai kehujanan.”
Tina tidak menjelaskan kepada pria itu bahwa sebenarnya dia ingin duduk lebih lama disana, namun dia tidak memiliki baju ganti selain baju dibadannya. Akan jadi masalah jika baju satu – satunya itu basah.

“Boleh saya ikut ?” tanya pria tersebut yang ikut berdiri dari kursinya.
“Apakah bapak tidak ada tempat tujuan ?” tanya Tina polos.
Pria itu mengelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Setelah berpikir sesaat, Tina akhirnya memperbolehkan bapak tersebut untuk ikut bersamanya.

“Boleh pak. Jika bapak tidak punya rumah untuk berteduh, bapak bisa beristirahat dirumah saya. Meski tidak ada kasur yang empuk, namun cukup hangat untuk melewati dinginnya malam ini.”
Jawaban Tina semakin menyakinkan pria tersebut untuk bisa mengenal lebih jauh siapa sebenarnya anak kecil tersebut.

“Siapa nama kamu ?” tanya pria itu lagi.
“Tina pak.”

Tina lalu berjalan memasuki gang kecil gelap yang berada disamping toko roti vanny.
Pria tersebut awalnya binggung namun memutuskan untuk mengikuti Tina karena penasaran akan asal gadis tersebut.

Betapa terkejutnya pria tersebut saat dia sampai disebuah rumah yang terbentuk dari kumpulan seng yang ditutupi terpal toko yang letaknya hanya berada beberapa meter dari bak sampah raksasa toko tersebut.
“Ayo pak masuk.”
Ajak Tina yang mulai merangkak masuk kedalam rumahnya.

Pria itu terdiam kaku didepan dan tidak masuk. Gerimis turun malam itu dan Tina mulai meringkukkan badannya didalam rumah tersebut sambil menunggu pria tersebut masuk. Cahaya center patroli berhenti tepat didepan pria itu, dan betapa terkejutnya security itu saat pria tersebut memalingkan wajahnya.

Security tersebut pucat dan tidak berani berkata apapun.
Pria itu adalah pemilik toko roti vanny dan kini dia melihat bahwa ada sebuah rumah dibangun ditanahnya tanpa pernah dia ketahui selama ini.

Dia terus berdiri disana dan membiarkan hujan yang mulai turun membasahi seluruh tubuhnya.
Tina hanya bisa melihat cahaya center security dari dalam rumahnya dan tidak berani keluar karena takut basah. Dia tidak memiliki pakaian lain.
Biasanya security itu akan datang untuk mengobrol dengannya, terkadang mereka sekedar mengecek tempat tinggalnya dan memberikannya segelas tea hangat.

Pria itu tidak marah, dia hanya berdiri sambil melihat rumah tersebut dan membiarkan dinginnya air hujan membasahi dirinya.
Dia  tidak ingin ada satupun orang yang melihat airmatanya malam itu. Security tersebut tidak berani bergerak sedikitpun dari posisinya, bahkan untuk memayungi pria tersebut saja dia tidak berani.

Pria itu tersentak begitu hebatnya malam itu, apa yang selama ini dia kejar, apa yang selama ini dia pikirkan.
Dia merenungi kehidupannya selama ini. Terus menerus mencari materi yang banyak, dan semua hal yang dipedulikan oleh keluarganya adalah materi.

Dia tidak pernah mengerti artinya berbagi, namun satu hal dia ketahui malam itu adalah bahwa saat dia sibuk mengejar keatas dan buta oleh sekelilingnya, ada orang yang tidak seberuntung dirinya namun tetap bisa berbagi dengan orang lain ditengah kekurangan mereka.
Tina membuka matanya malam itu.

Sejak kejadian malam itu, pria tersebut memutuskan untuk mendidik dan mengasuh Tina.
Melalui ketulusan, Tina akhirnya mendapatkan lebih daripada apa yang dia berikan, dan pria tersebut mendapatkan pelajaran hidup yang bermakna baginya, bahwa berbagi tidaklah harus menunggu kita mendapatkan lebih.

∞ The End ∞

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights