Chapter Thirteen : Another Lie [02]

0

Tangan mereka saling menjabat. Seolah permainan akan berjalan sebagaimana yang direncanakan.

Spread the love

Aku duduk diatas kursi goyangku. Tatapanku kosong menerawang pada kejadian malam itu. Toma, pelayan kepercayaanku ingin membunuh Mika dan Monte. Bagaimana bisa hal tersebut terjadi. Aku sungguh berterimakasih pada Jean yang telah begitu berani mendobrak pintu kamarku dan membangunkanku malam itu.

Jika bukan karena dia, aku pasti tidak tahu apapun. dan ayahku, membunuh Theo dengan begitu mudahnya, seolah Theo bukanlah siapa – siapa baginya. Jika semua yang dikatakan Theo benar, tidak mungkin ayahku akan membunuhnya tanpa alasan yang jelas.

“Bolehkah aku masuk ?”

Suara Jean terdengar dari depan kamarku yang kini sudah tidak berpintu.

Langkah Jean yang kasar seperti biasa membuatku mampu merasakan kehadirannya.

“Sudah berapa lama kamu disini, Josh ?”

Aku tidak berniat menjawab pertanyaan semacam itu dari Jean meskipun aku berhutang budi atas jasanya malam itu. Jean lalu berjalan kedepanku dan tangannya menyentuh lembut tanganku.

“Josh, tatap aku.”

Kutatap matanya.

“Kamu harus membicarakan semuanya dengan Toma.”

Mendengar Jean menyebutkan nama Toma, kuhempaskan tangan Jean dengan kasarnya.

“Jangan pernah sebut namanya lagi !”

“Kamu tidak punya siapa – siapa lagi selain Toma !”

Mendengar jawaban tersebut, aku bangkit berdiri dan kedua tanganku kini erat berada dileher Jean. Aku mencekiknya dengan begitu kuat dan dipenuhi kemarahan.

“Coba katakan sekali lagi !”

Jean tidak berkata apapun. Wajahnya kini memerah dan kedua tangannya kuat memegang tanganku.

“Coba katakan sekali lagi !” jeritku, tanganku semakin kuat mencengkram lehernya kali ini.

“Hentikan Josh !!”

Suara Monte dari luar membuatku melepaskan cengkramanku. Jean terjatuh dan berusaha mengatur nafasnya. Monte lalu berlari kearah Jean dan membantunya untuk bangkit berdiri.

“Kamu akan membunuhnya ? hah ?!”

Monte menjerit histeris.

“Kamu baik – baik saja Jean, ayo kita tinggalkan dia !”

Kulihat wajah Jean dan Monte bergantian lalu membiarkan mereka pergi meninggalkanku. Saat Jean melewatiku, dia berbisik padaku.

“Kamu tidak sama dengan ayahmu.”

Aku tertegun mendengarkan kalimat tersebut. Aku terdiam seorang diri didalam kamar lalu duduk dikursiku dan dapat kurasakan kini seluruh tanganku bergetar hebat. Aku mengempalkan tanganku, berusaha agar tetap tenang namun tidak bisa tenang seperti sebelumnya. Entah kenapa, hati kecilku berkata padaku untuk memberikan kesempatan kepada Toma, setidaknya aku harus mengetahui alasan dari setiap hal yang dia lakukan sebelum aku membunuhnya.


Jean dan Monte berjalan keluar dari kamar Josh. Mereka berjalan menuju kamar nona Mikasa. Setelah mereka masuk kedalamnya dan menutup rapat pintu kamar mereka. Mereka berdua mulai tertawa lepas. Tertawa seperti orang gila dan wajah penuh kebahagiaan menghiasi mereka berdua.
Ya, cengkraman kuat dileher Jean sudah tidak berbekas sama sekali, bahkan rasa sakitnya hilang dengan cepat.

“Kamu lihat wajah Josh tadi ?”

“Iya, dia seperti orang kerasukan, dan untungnya kamu datang disaat yang tepat.”

Setelah mereka mulai lelah tertawa, mereka akhirnya duduk didepan Mikasa dan memandang gadis kecil yang tidak berdaya itu.

“Kasihan sekali kamu Mikasa.”

“Mikasa Pars.”

“Iya Mikasa Pars. Kamu akan jadi anak mama yang baik dan memberikan mama semua harta kekayaan yang keluargamu miliki sebentar lagi.”

Lalu Monte kembali tertawa lepas, tidak seperti Jean yang mulai kelihatan serius.

“Kita tetap pada perjanjian, Monte ?”

Mendengar suara serius Jean membuat Monte menghentikan tawanya dan menatap Jean dengan serius juga.

“Tentu saja, kita sudah berhasil sejauh ini. Kamu akan membawa pergi Josh setelah Toma tersingkirkan, dan aku akan membawa Mikasa dan mendapatkan semua warisan keluarganya saat dia sudah besar nanti.”

Mereka lalu saling menatap satu sama lain dan tersenyum. Tangan mereka saling menjabat. Seolah permainan akan berjalan sebagaimana yang direncanakan. Tanpa saling mengetahui bahwa baik Jean dan Monte juga ikut menyelipkan rencana lainnya untuk menyingkirkan salah satunya.

Mereka saling menciptakan kebohongan demi kebohongan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tidak peduli seberapa banyak korban yang diperlukan untuk mencapainya.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights