Bekerja diperusahaan tentu membuat sebagian orang merasakan kata ‘aman’. Artinya, dengan bekerja dan mendapatkan penghasilan bulanan secara pasti akan menjamin kelangsungan hidup meski terkadang harus dilewati dengan pas – pasan.
Begitu juga dengan yang dirasakan Miranda. Dia sudah mulai bekerja sejak dia berhasil menyelesaikan bangku SMA.
Awalnya dia bekerja disebuah toko sederhana. Dengan fisik yang pas – pasan, dia hanya bisa diterima bekerja sebagai penjaga toko. Mendapatkan gaji berkecukupan, Miranda menjalani hari – harinya dengan kata ‘seandainya’.
Sampai dia kembali bertemu dengan teman semasa SMA dia, akhirnya Miranda pindah bekerja kesebuah perusahaan yang setidaknya memberikan penghasilan lebih menarik daripada penjaga toko.
Seiring dengan berjalannya waktu, Miranda mulai belajar dan perlahan menambah ilmunya. Miranda menjadi dewasa, berpengetahuan dan bukan lagi menjadi wanita biasa. Meskipun fisiknya tetap saja pas – pasan, setidaknya Miranda bisa digolongan pintar, dalam bersosialisasi ataupun berbicara. Ya, Miranda pandai membolak – balikkan fakta.
Tidak lama berselang Miranda memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru. Dia pindah dan bekerja disebuah perusahaan yang terletak lebih dekat dari rumahnya. Sesi interview berhasil Miranda lewati dengan baik, sayangnya Miranda ditempatkan didevisi yang lumayan jauh dari rumah, jaraknya hampir sama dengan tempat kerja lamanya, namun perbedaannya hanyalah status perusahaan. Jika sebelumnya Miranda bekerja diperusahaan nasional, maka kali ini Miranda bekerja diperusahaan family.
Semuanya berjalan dengan baik. Suka dan duka tentunya ada ketika Miranda bekerja. Dia melewati setiap masalah dengan baik, terus mengasah diri dan kemampuan dan dia bertahan. Dia menjalani kehidupannya, berusaha membangun masa depan dan bekerja. Seiring berjalannya waktu, semua orang yang dia kenal diperusahaan itu satu per satu mulai mengundurkan diri, namun tidak dengan Miranda, karena kebutuhan hidup dan hal lainnya, Miranda masih bertahan.
Seorang senior yang baik bernama Kiton menjadi panutannya diperusahaan itu. Kiton sudah bekerja sejak perusahaan itu berdiri, tentunya usia Kiton sudah sangat tua, hampir mencapai umur pensiun. Dan begitulah hari – hari Miranda, datang bekerja, pulang tepat waktu dan menikmati hobbynya menonton. Hari demi hari, ada beberapa orang baru masuk dan tentunya Miranda tidak pernah ambil pusing karena Miranda berada didevisi yang jauh dari jangkauan kantor pusat.
Seorang anak baru bernama Lina masuk tidak lama setelah Miranda bekerja lebih dari 5th. Awalnya semua terasa baik – baik saja namun … Lina ternyata merupakan orang yang berbeda dari sebagian orang lainnya. Lina suka melapor dan salah satu korbannya adalah Kiton.
Perkelahian, laporan dan lain sebagainya, Kiton selalu saja menjadi sasaran kemarahan pemilik perusahaan karena laporan yang dibuat oleh Lina.
Miranda yang awalnya bersikap tidak mau tahu, akhirnya memutuskan untuk ikut peduli karena Miranda tidak terima akan perlakuan yang diterima Kiton.
Ketika Miranda mengutarakan kebenciannya pada Lina didepan Kiton, bukan ucapan terimakasih yang didapatkan Miranda melainkan ceramah. Kiton memberitahu Miranda untuk tidak membenci Lina dan juga tidak membalas perlakuan Lina sama sekali. Meski tersakiti, Kiton tetap berusaha berlapang dada, menerima dan percaya bahwa setiap balasan akan datang dari Tuhan.
Ya, Kiton tidak menyimpan dendam meskipun hatinya tersakiti dan Miranda begitu bersyukur memiliki Kiton sebagai sosok panutannya.
Tetap rendah diri meski tersakiti,
Tetap berlapang dada meski dicari maki,
Tetap semangat meski tidak dihargai,
Tetap berjuang meski seorang diri.
Kiton mengajari banyak hal pada Miranda, dan seiring berjalannya waktu, Miranda semakin sadar bahwa kasih sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita, terlebih kepada orang yang telah jahat kepada kita ataupun melukai hati kita. Menyimpan dendam ataupun membalasnya tidak akan pernah membuat kita menjadi lebih baik daripada mereka, melainkan sama dengan mereka.