Lembut jemari kurasakan,
Hangat mentari mulai menyelimuti,
Pertama kali kukeluarkan tangisan,
Memberikan banyak sukacita dihati.
Tertawa menangis sering kulakukan,
Namun wajah itu tidak pernah letih,
Dalam mengajari dan membina diri.
Kini mengerti arti kehidupan,
Skala prioritas adalah diri sendiri.
Bertumbuh kembang mencari jati diri.
Lembut jemari berubah perih,
Ada hati yang mulai tersakiti,
Setiap kali keinginan itu ingin dimegerti.
Melewati waktu menantang usia,
Semakin tua dan semakin terlupa.
Tidak pernah lelah mendoa,
Agar kelak tidak durhaka.
Perlahan mulai lupa akan diri,
Membutuhkan seseorang untuk menopang diri,
Namun mereka telah pergi.
Dibentak dan dicaci maki,
Jemari lembut kini mulai keriput.
Ketika salah membina sejak dini,
Ketika tua tiada yang menemani.
Tangan kecil harus digenggam,
Agar dewasa tidak merasakan sengsara,
Berjuang keras demi nasi segenggam,
Sebagai modal anak dimasa dewasa.
Piluh keringat membasahi tubuh,
Beban berat itu terus dipikul,
Demi buah hati yang kelak akan memangkul.
Tiada berhenti berdoa,
Tiada berhenti terus berjuang,
Tempat berpulang ketika tidak tahu arah,
Tempat berlindung ketika diterpa masalah.
Tiada hari tanpa namamu,
Tiada perlindungan senyaman dirimu,
Tempat berlabuh ketika surut,
Tempat beristirahat ketika tersurut.
SELAMAT HARI IBU !