I am Lucky

0

Ada yang berkehidupan lebih, berkehidupan sederhada bahkan ada juga yang berkehidupan sangat kurang dari kata cukup.

Spread the love

Setiap kehidupan memiliki perbedaan. Tidak semua orang di dunia ini hidup dengan kehidupan yang sama. Ada yang berkehidupan lebih, berkehidupan sederhada bahkan ada juga yang berkehidupan sangat kurang dari kata cukup.

Hal ini mulai terlihat ketika aku bertemu dengan sahabatku, Rin. Rin adalah seorang anak yang kehidupannya sungguh berbeda denganku. Aku berada diposisi berlebihan sedangkan dia berkehidupan sederhana.

Pernah aku mengunjungi rumahnya yang hanya beralaskan semen di dalamnya. Selain itu, rumahnya juga terbuat dari kayu. Aku akrab dengan Rin karena kami sudah berteman sejak kecil dan aku tidak merasa malu berteman dengannya.

Temanku Rin menjual makanan kecil kecilan. Makanan itu kemudian dititipkan untuk dijual diwarung dekat rumahnya.

“Sebaiknya kamu jangan menitipkan jualanmu di sini lagi. Jualan kamu tidak laris di sini.” ucap ibu pemilik warung pada Rin suatu hari.

Kebetulan saat itu aku sedang bersama Rin. Aku menemaninya pergi menitipkan jualan itu. Aku merasa perkataan ibu pemilik warung itu tidak wajar. Masa Rin tidak boleh menitip makanan lagi hanya karena makanan rin tidak laris.

Sebagai sahabatnya, aku membantu Rin dengan cara menyemangatinya karena pasti Rin sedang merasa kecewa dengan dirinya sendiri dan merasa putus asa.

“Tidak apa – apa. Ayo kita cari tempat lain.” Kata Rin sambil membungkus sisa – sisa jualannya dari warung itu.

Rasa ibaku muncul ketika melihat usaha besar dari temanku yang penuh semangat dan perjuangan. Aku berniat untuk membantunya. Aku akan meminta orangtuaku membangunkan sebuah warung untuk temanku Rin agar dia dapat berjualan.

Selain itu, dengan warung sederhana itu nantinya ibu dan ayah Rin juga tidak perlu lagi bekerja dari rumah ke rumah. Ibu dan Ayah Rin bekerja sebagai pekerja rumahan. Sang ibu membersihkan rumah orang sementara ayahnya bertugas sebagai tukang kebun ditempat lainnya.

Penghasilan mereka juga tidak terlalu besar, bisa dikatakan hanya cukup untuk makan saja pas – pasan. Kadang mereka juga hanya makan nasi dicampur kecap. Aku memberitahukan segala hal kepada ayahku ketika aku sampai dirumah sore itu.

“Katakan kepada temanmu,  ayah akan mencari ruko untuknya dan soal biaya listrik dan lain sebagainya ayah yang akan membayarnya.”  ucapan ayahku.

Ayah memiliki rasa iba di hati sepertiku. Apalagi Rin adalah sahabatku sejak kecil, ayah tidak merasa ragu untuk memberikan pertolongannya.

Keesokan harinya, aku berencana akan pergi ke rumah Rin untuk memberi kabar bahagia padanya. Setiba di rumah temanku aku bersalaman dengan ayah dan ibu nya terlebih dahulu sebelum aku memberitahu hal menyenangkan tersebut.

“Rin, kamu sekarang tidak perlu lagi jualan dari warung ke warung. Ayahku akan memberikan kalian ruko agar bisa kalian gunakan berjualan dan juga tempat tinggal.  Soal biaya listrik dan lain sebagainya ayahku juga akan menanggungnya.” Ucapku penuh bersemangat.

Awalnya Rin dan kedua orangtuanya tidak percaya dengan perkataanku. Aku lalu memberikan sebuah surat tanda rumah telah sah di huni oleh Rin dan kedua orang tuanya.

Terlihat air mata mulai menetes dari mata kedua orangtua Rin. Air mata bahagia ! Aku juga mengatakan kepada mereka bahwa besok mereka sudah boleh menempati rumah yang ayahku berikan untuk mereka.

Pagi yang cerah memamcarkan kebahagiaan. Terlihat Rin bersama kedua orang tuanya sibuk menyusun dan membersihkan rumah barunya. Aku juga membantu mereka membersihkan lingkungan sekitar rumah agar terlihat bersih. Aku bahagia karena sekarang mereka tidak lagi tinggal di rumah yang tidak layak untuk ditinggal.

Dari Rin, aku bisa merasakan bahwa aku berkehidupan berada dan tidak susah. Aku merasa seharusnya aku mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan aku kehidupan yang jauh lebih baik. Aku akan menolong sesamaku tanpa pamrih.  

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights