CHAPTER TWENTY : POOL & BEER

0

Malam itu mereka duduk dipojokan café tidak jauh dari kolam renang.

Spread the love

Leo membantu Lisa mempersiapkan beberapa bahan yang ingin mereka bawa ke P&B sambil menunggu teman lainnya tiba dirumah Lisa. Mereka terbiasa berkumpul ditempat Lisa karena selain lokasi rumahnya yang dekat dengan P&B, rumahnya juga memiliki banyak kamar kosong yang bisa mereka jadikan sebagai tempat menginap ketika terlalu teler untuk pulang kerumah.

Sore itu, sambil menunggu teman lainnya, Leo memberanikan diri bertanya pada Lisa akan Cowel, ayahnya.

“Lis, aku baru pertama kali bertemu dengan ayahmu. But, aku merasa dia tidak menyukaiku.”

“Oh ya ? why you say that ?”

“Dia agak aneh menurutku. Apalagi ketika aku memperkenalkan diri, dia hanya tersenyum dan langsung mempersilahkan aku masuk tanpa banyak bertanya.”

“Bukankah itu adalah hal yang baik ?”

“Tapi tetap saja Lisa, dia terasa aneh bagiku.”

“Kamu akan belajar menyukainya, sayang.”

Lisa mencium kening Leo lalu pergi menganti pakaiannya. Tidak lama kemudian pintu depan mereka berbunyi dan Leo segera bangkit dari sana dan membukakan pintu.

“Haiiii ! Masuk – masuk !”

Dani, dengan baju merah cerah mengandeng Neo yang mengunakan kaos hitam tampak malu – malu berjalan masuk kedalam. Sementara Weisu dan Mora menyusul dari belakang. Mora sempat berhenti sebentar dan memperhatikan sekeliling rumahnya.

“Leo, sudah kayak rumah sendiri aja !”

“haha, iya. Lisa sedang ganti baju.”

“Lisa…..!!”

Mereka segera masuk kedalam rumah dan ketika Leo berusaha mengunci pintu depan, Lisa keluar dari kamarnya dengan baju hitam yang tampak manis ditubuhnya.

“Wow !”

Seru Leo bersemangat, Sementara Weisu tampak tidak berekspresi. Setelah semua persiapan mereka selesai, Mereka berangkat ke P&B.

“Lisa, tidak pamit sama your dad ?”

“Enggak, jam segini dia sudah tidur.”

“Ohh..”

Dan mereka pergi dari rumah itu ke P&B dengan mengunakan mobil Leo. Dari balik tirai kaca rumah itu, Cowel menatap kosong mobil yang menyala dan melaju pergi.

Pool & Beer merupakan tongkrongan kesukaan semua orang yang berada dikota itu. Selain letaknya yang strategis, disana semua pengunjung juga dapat berenang dan menikmati beer yang dibuat secara khusus. Lisa dkk selalu menghabiskan hari mereka disana.

Malam itu mereka duduk dipojokan café tidak jauh dari kolam renang. Mereka memilih meja yang melingkar dengan beer raksasa ditengahnya karena selain nyaman dan besar, pojokan cafe itu merupakan area VIP yang hanya bisa dimasuki oleh 1 kelompok orang saja.

Mereka sungguh mencintai privasi meskipun harus membayar lebih mahal. Hal itu dikarenakan mereka akan bercanda tawa dan memainkan berbagai permainan disana. Dan tentunya tanpa dilihat orang lain.

Suasana asik mulai berubah ketika Lisa mulai menceritakan kejadian pagi tadi didalam toilet kampus, dia melihat seorang anak kecil dibelakangnya dan juga tulisan Aleska dikaca yang menghilang seketika.

Awalnya dia berpikir bahwa itu hanyalah halusinasi, namun bayangan anak kecil itu mulai sering muncul.

“Lisa, candaanmu horror dhe.”

Dani memelas sambil berpura – pura menutup matanya.

“Stop please…”

Mora menimpali.

“But, aku yakin ada sesuatu antara anak itu dan desa Aleska. Entah kenapa aku tidak bisa mengingatnya.”

“Lisa, itu pasti hanya imajinasimu saja.”

Leo mengenggam tangan Lisa. Tatapannya hangat. Weisu melihat mereka dengan tatapan sinis. Mora yang menyadari kekesalan Weisu berdeham kecil dan berusaha mancairkan suasana.

“Baiklah, kita akan memasukkan Aleska sebagai destinasi liburan musim dingin kita. So, Kita akan memainkan sesuatu yang lain hari ini.”

Mora lalu mengeluarkan kartu tarotnya dan mengocoknya dengan semangat.

“Wow, jangan bilang kamu akan melihat masa depan kami !”

Sembur Leo langsung.

Dani tidak mampu menahan tawanya. Neo menyenggol kaki Dani dengan kuat dibawah meja, membuat Dani kembali memasang muka seriusnya.

“Kalian benar sekali. Aku akan melamar masa depan kalian.”

“Masa depan ?”

Lisa mulai tertarik.

“Yapz, dan aku bisa melihat siapa anak gadis kecil yang mengikutimu lho.”

“Ayo kita coba.”

Leo menjadi semangat.

“Baiklah, aku terbiasa mengunakan kartu tarot Arcana Major. Artinya disini ada 22 kartu yang akan aku acak dan kalian harus mengambil satu kartu bagi diri kalian. Dan aku akan membacakan masa depan kalian dari kartu tersebut.”

Mereka mengambil kartu masing – masing dan menutupnya tepat didepan mereka. Mora memulai lamarannya dari ujung kanan, Weisu, Dani, Neo, Leo dan Lisa.

“Well, buka kartumu, Weisu.”

Weisu membalikkan kartunya dan gambar seorang wanita berjalan kejurang menghiasi kartu itu. Mora diam sebentar lalu menjelaskan maksud kartu itu padanya.

“The Fool.. kamu jangan gegabah dalam mengambil keputusan Weisu. Karena kamu akan menyesalinya.”

Weisu hanya diam dan merenungkan perkataan Mora. Gilirannya berlanjut ke Dani. Tanpa keraguan Dani membuka kartu tarot didepannya.

“Um.. The Lover…”

“Apa artinya Mora ?”

“Kamu harus mengenali seseorang dengan baik sebelum menjadikannya pasangan. Aku tidak menyinggung Neo. But, jangan mengambil keputusan dengan mudah dan tanpa pertimbangan.”

Dani tertawa, dia merasa bahwa ramalan Mora itu hanyalah lelucon yang tidak berarti. Neo, memandangi Mora dengan serius tanpa menghiraukan tawa Dani.

“Bagaimana denganku, apa maksud kartu ini ?”

Neo segera membalikkan kartu didepannya dan tatapan Mora terlihat sangat serius.

“Oh Neo, kamu sungguh ingin tahu ?”

“Apa artinya kartu ini, Mora.”

Mora menatap Dani sesaat lalu menatap Neo dengan serius.

“Ace of Wands. Kamu memiliki prestasi.”

“Lalu ?”

“Namun kamu terlalu bodoh sehingga seseorang selalu mengendalikanmu. Pretasi kamu bahkan tidak dihargai. Dan kamu selalu takut gagal dalam mengerjakan segala hal.”

“Bullshit Mora !”

Dani menghentakkan tangannya diatas meja dengan kuat.

“Neo, jangan dengarkan dia ! ini mulai konyol.”

Neo tidak menjawab Dani. Leo lalu membalikkan kartunya dan mengesernya tepat kedepan Mora.

“Bagaimana dengan aku ?”

“Five of Wands…”

“Apa artinya Mora ?!”

“Seseorang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu darimu, Leo. Sesuatu yang sungguh berharga dan mereka tidak memperdulikan apapun bayarannya.”

Mereka mulai ribut dan saling curiga. Lisa yang sejak tadi diam dan merasakan firasat aneh lalu membuka kartunya dan terdiam didepan kartu tersebut. Mereka berhenti beradu argument lalu menatap tepat ke Lisa. Mora, bergetar hebat melihat kartu tersebut.

“Tidak mungkin…”

Kartu itu tidak memberikan gambaran apapun. Hanya ada dasar putih dan merah ditengahnya. Mora mulai tampak ketakutan.

“Tidak pernah ada kartu begini.”

Melihat situasi yang semakin tegang, Dani mengambil kartu yang berada didepan Lisa lalu melemparkannya kedalam kolam.

“Mungkin ini tercampur tanpa sengaja. Ayo, ambil kartumu, Mora. Sekarang giliranmu !”

“Itu sudah ada disana..” Mora masih bergetar dan penuh ketakutan. Dia tahu jelas bahwa kartunya tidak mungkin berisi sesuatu yang kosong seperti itu.

Lisa lalu menunjuk tepat didepan Mora. Sebuah kartu sudah berada didepannya entah sejak kapan. Karena mora adalah satu – satunya orang yang tidak mengambil kartu sejak pertama kali.

“Ini tidak lucu, Leo !”

Mora semakin ketakutan.

“Aku tidak melakukan apapun.” jawab Leo ketus.

“Buka saja kartu itu !” perintah Dani.

Dengan cepat Weisu membalikkan kartu itu dan semua mata mereka tertuju pada kartu itu. Mora menjerit ketakutan.

“Death ?”

Neo membacanya dengan wajah binggung.

Meja mereka tiba – tiba bergetar. Mora tertunduk seketika diatas mejanya dan tidak berbicara sedikitpun.

“Mora,,, are you fin…”

Mora lalu mengangkat kepalanya. Matanya putih, dia mulai tertawa. Mereka terkejut dan segera menjauh dari meja itu.

“Mora..”

Lisa berusaha menyadarkan Mora namun sesuatu yang berada didalam tubuhnya mulai berbicara dengan suara seorang anak kecil.

“Hallo.. aku menunggu kalian datang ke desa Aleska dimusim dingin minggu pertama. Jika tidak, maka kalian akan berakhir seperti diriku.”

“Ales….”

“Siapa kamu !” Leo menjerit penuh ketakutan.

Mora terjatuh dari kursinya tanpa menjawab pertanyaan Leo. Keheningan memenuhi sekeliling mereka. Tidak lama Mora kembali tersadar dan memasang wajah keheranan pada teman – temannya.

“Ada apa guys ?”

“Mora… kamu Mora ?” Leo kembali bertanya

“Ada apa ? Jelas aku Mora !” jawab Mora ketus dan masih berada dalam keadaan binggung.

Weisu langsung memeluk Mora, sementara Leo memeluk Lisa untuk menenangkannya dan Dani, meringkuk didalam dekapan Neo. Tidak ada yang memberitahu Mora apa yang terjadi barusan namun tatapan mereka satu sama lain sudah jelas. Mereka akan kedesa Aleska pada minggu pertama musim dingin tiba.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights