Hari raya sering sekali dijadikan sebagai salah satu momment untuk berkumpul bersama keluarga.
Kita berkumpul bersama, mengesampingkan berbagai kesibukan dan terfokus pada kegiatan keluarga.
Apa yang ada dipikiran kita ketika hari raya tiba dan kita berkumpul kembali bersama keluarga kita untuk merayakannya ?
Perkumpulan kembali dengan waktu yang berbeda, kondisi yang berbeda dan umur yang mulai bertambah.
That momment is always make me sad actually.
Ketika kita berkumpul bersama family kita, mungkin kita bisa membanggakan diri didepan saudara kita bahwa kita sudah menjadi sukses, atau berusaha memacu diri kita untuk sukses seperti abang atau kakak kita.
But satu hal yang bikin sedih adalah ketika kita bertemu dengan orangtua kita.
Melihat mereka mulai berkeriput, melihat senyum mereka dengan lipatan disamping mata mereka,
dan melihat tubuh mereka yang semakin rentan termakan usia.
Sering kali kita menangis ketika hari raya tiba, ketika kita berkumpul kembali bersama keluarga kita.
Apa sebenarnya yang membuat kita menangis ?
Apakah rasa haru ? rasa bahagia ? rasa sedih ? atau suatu rasa yang tidak mampu kita ucapkan tetapi air mata kita mengalir ?
Jujur saja, ketika saya masih kecil, hal yang begitu saya sukai adalah hari raya.
Saya bisa mendapatkan uang,
Saya bisa mendapatkan baju baru saat merayakan,
Saya bisa menikmati banyak makanan.
Saya tidak perlu bersekolah.
But when time really goes,
Apakah hari raya masih menjadi sesuatu yang kita tunggu ?
Seiring bertambah usia, ketika saya memiliki waktu libur dari pekerjaan, meskipun hanya mendapatkan beberapa hari, saya jarang sekali memanfaatkannya untuk sekedar duduk bersama orangtua saya.
Jujur, duduk bersama mereka terkadang membuat saya sedih.
Saya sedih melihat mereka yang ternyata menantikan hari raya sebagai kesempatan untuk bisa berkumpul bersama kita.
Saya sedih ketika saya duduk didekat mereka, ketika dunia terasa begitu dekat dengan saya, dan hal yang berada dipikiran saya adalah berusaha meraih segalanya.
Sementara mereka ?
Mereka tetap sama.
Mereka tidak mengikuti perkembangan dunia seperti halnya kita.
Mereka bertambah rentan seiring waktu karena termakan usia.
Lalu, kenapa saya masih enggan duduk bersama mereka dikala memiliki waktu libur ?
Mungkin karena saya malu.
Malu karena belum bisa memberikan yang lebih baik seperti yang mereka berikan pada saya sewaktu kecil.
Sedih ga ketika kita melihat orangtua yang berada dipinggir jalan atau sebuah cafe, duduk sendirian dan tatapan matanya kosong ?
Mereka menerawang dan terkadang tidak jarang kita berada didalam pikiran mereka.
Saya sadar bahwa waktu orangtua kita tidaklah sebanyak waktu sibuk dan bahagia kita bersama teman. Tetapi pernahkan kita merasa bahwa bersama teman atau orang yang kita sayang lebih menyenangkan daripada sekedar duduk berbagi cerita dengan orangtua kita ?
Itu adalah perasaan yang wajar dalam hati kita.
Saya pernah diberikan pertanyaan begini :
Kalau kamu terkena bencana dan hanya mampu menyelamatkan satu, siapakah yang akan kamu selamatkan diantara ketiga orang ini :
- Orangtua
- Pasangan
- Anak
Awalnya saya menjawab orangtua, lalu mereka berkata bahwa jawaban saya salah.
Binggung dong, kok menolong orangtua dikatakan salah.
Bagi mereka, setiap orangtua memiliki masa (waktu hidup) mereka. Karena itu jawaban pertama saya dianggap salah.
Lalu saya memutuskan memilih anak,
Lagi – lagi jawaban saya salah.
Bagi mereka, anak adalah titipan semata. Ketika masa (waktu) nya tiba, mereka akan meninggalkan kita.
Jawaban yang tidak pernah saya duga adalah pasangan.
Itu merupakan pilihan yang tepat bagi sebagian orang.
Permasalahannya adalah bagaimana jika pasangan yang kita pilih itu ternyata salah ?
Bagaimana jika kita sudah menyelamatkan mereka, lalu mereka pergi bersama orang lain ?
(Ibarat pacaran sama elo, nikah sama orang)
Orangtua menyelesaikan tugas mereka untuk membimbing kita dan membesarkan kita,
Anak adalah titipan terbaik yang diberikan Tuhan kepada kita,
Pasangan adalah orang yang akan mendampingi dan menuntun langkah kita hingga akhir.
So, kenapa hari raya tetap menjadi momment berkumpul bersama keluarga ?
Sebagian dari kita merayakannya bersama keluarga untuk beberapa jam pertama, dan dijam berikutnya, pikiran kita akan membawa kita bersama teman – teman dan pasangan kita.
Semakin bertambahnya usia, hari raya tidak menjadi hari yang ditunggu, melainkan hari yang ditakuti.
Pertanyaan seperti kapan menikah bagi yang single,
Kapan bekerja bagi yang baru tamat sekolah / kuliah,
Kapan punya anak ketika sudah menikah,
dan kapan menikah ketika kita memiliki pasangan.
Hari raya seharusnya menjadi hari dimana kita senang berkumpul bersama keluarga,
Jauhi pertanyaan yang menyakiti hati,
Berikan suasana nyaman ketika kita hanya memiliki waktu yang sebentar untuk bertemu.
Jangan biarkan rasa rindu yang terpendam sekian lama harus hilang hanya karena kesalahan perkataan.
Kadang, bukan tidak nyaman berada dilingkungan keluarga disaat hari raya,
Tetapi lingkungan tersebut memberikan rasa takut yang besar kepada sebagian kita ketika sudah beranjak dewasa.
Momment hari raya jangan dijadikan alasan untuk melepaskan rindu kepada orangtua, karena waktu sibuk kita tidak sebanyak waktu mereka. Jangan menunggu hari raya untuk bertemu ataupun mengucapkan kata maaf.
Jangan menunggu hari raya untuk mengatakan bahwa kamu mencintai anak kamu, karena masa kecil mereka tidak sepanjang masa dewasa mereka.
Jangan menghabiskan hari raya kamu bersama pasangan kamu, karena kelak kalian akan selalu bertemu disetiap waktu.
Be wise to spend your day guys !